Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri yang Belum Terpecahkan, Mengapa Suku Lingon di Halmahera Bermata Biru?

6 Juni 2021   11:06 Diperbarui: 6 Juni 2021   11:19 1879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang suku Lingon yang bermata biru (mkoran.com)


Orang Indonesia umumnya mempunyai mata dengan kelopaknya berwarna hitam. Namun jika ditelisik lebih jauh ada sebagian penduduk Indonesia ini yang matanya berwarna biru seperti orang-orang Eropa.

Bermata biru bisa jadi itu suatu kelainan pada apa yang disebut dengan Sindrom Waardenburg. Namun ada juga karena pada dulunya orang bermata biru itu melakukan kawin campur dengan orang-orang dari ras Kaukasoid (Eropa).

Di sejumlah daerah dapat ditemukan mereka yang bermata biru seperti suku Simpou di Sulawesi Tenggara, Lamno di Aceh, atau suku Lingon di Maluku.

Konon mata biru itu indah dan cantik, mereka memiliki anugerah itu. Tidak seperti mereka yang sengaja menghiasnya dengan memakai softlens.

Kendati sedikit (sekitar 10 orang), ada suku Simpou yang berlokasi di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara ditemukan memiliki mata biru.

Mereka yang memiliki mata biru disebut dengan La Dala (dalam bahasa setempat yang artinya "orang berjalan"). Pelaut Portugis juga menyebutkan mereka dengan La Dala. 

Orang Portugis itulah yang kebetulan merapat ke Simpou (nama pulau) menemukan La Dala, ada keanehan.

Dari 10 orang yang bermata biru itu, seorang peneliti bernama La Ode Yusrie mengatakan ada beberapa orang lainnya yang berperawakan Eropa tapi tidak bermata biru.

Sedangkan di kampung Lamno di Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, tempat itu cukup dikenal sebagai banyak penduduknya yang bermata biru dan berperawakan mirip orang Eropa.

Mereka adalah hasil kawin campur antara orang Portugis dengan penduduk asli setempat. Pada jaman dulu, orang-orang Portugis itu berdatangan ke Aceh untuk berdagang dan kawin dengan penduduk setempat.

Namun konon setelah bencana tsunami meluluh lantakkan Aceh pada tahun 2004 lalu, orang-orang hasil kawin campur itu semakin sedikit jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun