Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Kehidupan Keturunan Jawa di Kaledonia Baru: Perancis di Bibir, Jawa di Hati

10 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 10 Mei 2021   10:27 16727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etnis Jawa di Kaledonia Baru (boombastis.com)

Jika di Jawa, Sunda, atau wilayah lainnya di Indonesia mengenal tradisi Nyadran, yaitu mengunjungi dan membersihkan makam, masyarakat etnis Jawa di Kaledonia Baru pun masih melakukan yang sama.

Namun ada yang berbeda. Karena etnis Jawa di sana sudah beranak pinak dan kawin campur dengan etnis lainnya yang ada di Kaledonia Baru.

Hal tersebut terlihat, jika usai membersihkan makam bersama-sama, maka Pak Kyai berdoa secara Islam. "Dilanjutkan dengan doa secara Katolik," kata Konsul Jenderal RI di sana, Widyarka Ryananta. Hal itu karena suami atau isteri mereka beragama Kristen.

Tahlilan juga masih digelar di sana oleh biospora Jawa di Kaledonia Baru. Tahlilan adalah untuk memperingati seseorang keluarga yang telah meninggal.

Masyarakat Jawa di Kaledonia Baru bekerjasama dengan Islamic Center dan Konsulat Jenderal RI di sana menggelar aktivitas Ramadhan, selain aktivitas adat dan keagamaan lainnya.

Aktivitas Ramadhan itu antara lain tausiyah agama atau sholat tarawih.

Islamic Center di Noumea juga menyediakan informasi sekitar tempat-tempat atau restoran halal. Orang-orang Jawa dan Arab banyak yang membuka restoran halal itu.

Tidak sulit menemukan kebutuhan Ramadhan pada bulan suci bagi etnis Jawa di sana.

Seiring dengan ditemukannya tambang nikel di Sungai Diahot pada tahun 1864, Perancis membutuhkan para pekerja untuk mengerjakan tambang itu.

Maka mereka mendatangkan sejumlah pekerja dari wilayah Indo-Cina, Jepang, dan Hindia-Belanda.

Sekitar 170 orang Jawa dikirimkan ke Kaledonia Baru pada tahun 1896 berdasarkan perjanjian Koeli Ordonantie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun