Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernah Mendengar Larangan Menikah Satu Suku dengan Suku Lain, Mengapa?

13 Maret 2021   11:06 Diperbarui: 13 Maret 2021   11:11 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantangan menikah (mahligai-indonesia.com)

Larangan menikah antara suku Jawa dengan suku Batak disebabkan karena adanya perbedaan dalam sifat maupun agama.

Masyarakat beranggapan jika itu terjadi maka akan menimbulkan penindasan dalam keluarga. Dimana sifat orang Batak yang keras betermu dengan sifat orang Jawa yang kalem dan penurut. Lagi pula agama orang Batak mayoritas Kristen, sedangkan orang Jawa mayoritas Islam.

Dan yang ketiga, inilah yang paling diketahui adanya pantangan menikah antara suku Sunda dengan suku Jawa.

Kisahnya bermula dari sikap ambisius Maha Patih Gajah Mada yang ingin menaklukkan seluruh Nusantara didalam tangannya. Dulunya Gajah Mada memang hampir mewujudkan keinginannya itu, namun hanya tinggal Kerajaan Sunda yang tersisa.

Pada saat itu, Prabu Hayam Wuruk kepincut dengan Dyah Pitaloka, putri dari Kerajaan Sunda Galuh.

Hayam Wuruk mengutus Gajah Mada untuk melamar Dyah Pitaloka. Gajah Mada pun berkunjung ke Sunda menemui Raja Linggabuana, ayah Dyah Pitaloka.

Gajah Mada mengatakan jika pernikahan akan diadakan di Majapahit, bukan di Sunda.

Linggabuana menyetujui hal tersebut.

Rakyat pun melepas kepergian Raja Linggabuana yang dikawal oleh sejumlah prajurit memulai perjalanan jauhnya ke Trowulan, ibukota Majapahit.

Sesampai rombongan Linggabuana di Bubat, Jawa Timur, sekonyong-konyong datang seseorang yang mengatakan bahwa dia diutus Gajah Mada. Si utusan mengatakan agar Linggabuana menyerahkan saja Dyah Pitaloka sebagai tanda takluk kepada Gajah Mada.

Sontak, Linggabuana dan para prajurit dan petinggi Sunda lainnya naik pitam. Mereka datang jauh-jauh bukan untuk begitu saja menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai tanda takluk, tapi untuk melangsungkan pernikahan dengan baik-baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun