Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengorbanan Mahal di Peristiwa Lengkong

27 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 27 Januari 2021   10:22 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daan Mogot (jakarta.panduanwisata.id)


"Eyang Soejono waktu itu berusia 16 tahun, dan eyang Soebianto berusia 21 tahun," kata politikus Partai Gerindra Rahayu Saraswati Dhirarkarya Djojohadikusumo dalam diskusi live streaming lewat YouTube berjudul "Legenda Zaman Revolusi: Kisah Sudirman, Daan Mogot dan Soebianto," Senin (25/1/2021) malam.

Kemarin (25 Januari) adalah bertepatan tanggal peristiwa 75 tahun lalu yang bersejarah. Namun sayangnya banyak terutama milenial yang tidak mengetahui sejarahnya sendiri yang terjadi di seputar kemerdekaan.

Barangkali mereka hanya mengenal Jenderal Soedirman. Saya sendiri mengetahui jenderal Soedirman ini dari buku, legenda sejarah bangsa.

Namun ada lagi Mayor Elias Daan Mogot. Namun sayang nama ini tidak didapatkan di pelajaran sejarah di tingkat SD SMP maupun SMA.

Pada 25 Januari 1946 Elias Daan Mogot bersama 70 taruna Akademi Militer Tangerang (MAT) bergerak menyambangi depot markas persenjataan Jepang di Lengkong, Tangerang Selatan dengan maksud untuk melucuti persenjataan mereka.

Daan Mogot beserta dua orang lainnya memasuki ruangan dan diterima Komandan Pasukan Jepang, Kapten Abe, sedangkan taruna-taruna MAT lainnya menunggu dan berkumpul di lapangan di luar ruangan perundingan.

Ketika Daan Mogot berunding di dalam, entah darimana dan siapa yang melakukannya, tiba-tiba di luar terdengar suara tembakan beberapa kali. Tembakan tersebut diarahkan ke para taruna MAT yang tengah berkumpul di lapangan.

Mendengar suara tembakan tersebut, tentara Jepang yang sudah siap-siap untuk menyerahkan senjata, mengambil lagi senjata-senjata itu dan ikut-ikutan menembakkan senjatanya ke arah kerumunan para taruna MAT.

Mendengar hiruk pikuk itu, Daan Mogot serta merta keluar dari meja perundingan dan berupaya menghentikan apa yang terjadi namun tidak berhasil. Untuk lebih mengamankan diri, Daan Mogot beserta sejumlah anak buahnya melarikan diri mencari perlindungan ke sebuah hutan karet sembari terus membalas tembakan.

Akibatnya sebanyak 36 taruna MAT tewas, dan lainnya ditawan Jepang, dan sisanya berhasil melarikan diri. Daan Mogot sendiri gugur setelah peluru mengenai paha dan dadanya.

Rahayu Saraswati mengenal peristiwa tersebut lantaran eyangnya juga turut menjadi korban dalam peristiwa yang disebut dengan Peristiwa Lengkong tersebut, di saat milenial sekarang tidak mengenalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun