Anda, khususnya warga Jakarta tentu mengenal nama salah satu jalan yang terbentang dari wilayah Cengkareng Jakarta Barat hingga ke Tangerang, yakni Jalan Daan Mogot.
Banyak yang tidak mengetahui, jika Daan Mogot adalah nama dari salah seorang pahlawan kita yang gugur ketika berjuang melawan Jepang beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan RI.
Kisahnya sungguh mengharukan, seperti drama, atau kenyataan dari sebuah lagu kepahlawanan yang heroik.
Semasa menempuh pendidikan, tidak tercatat atau ditemui adanya nama Mayor Elias Daan Mogot (mana asli Daan Mogot). Jadi kaum milenial sepertinya kurang mengenal siapa dia?
Sebelumnya saya menduga-duga, jika Daan Mogot itu nama apa. Kalau nama orang, sepertinya dia itu keturunan Arab.
Namun kemudian ditemukan sumber, kalau Daan Mogot itu seorang putra Menado yang gugur sebagai bunga bangsa dalam usianya yang masih sangat muda, yaitu 17 tahun.
Daan Mogot sendiri dilahirkan di Menado, Sulawesi Utara, pada 28 Desember 1928. Pada usia 11 tahun, keluarganya pindah dari Menado ke Jakarta. Selain mantan anggota PETA (Pembela Tanah Air) pada 1942-1945, Daan Mogot sempat bergabung dengan BKR (Barisan Keamanan Rakyat).
Lantas diketahui, jika Daan Mogot kemudian mendirikan sekaligus menjadi Direktur Utama Akademi Militer Tangerang (MAT).
Belum genap satu tahun RI menikmati kemerdekaannya, saat itu tentara Jepang masih ada di sekitar Jakarta dan Tangerang, begitu pun dengan tentara Belanda yang belum kembali ke negaranya.
Tentara Jepang saat itu berkumpul di sebuah depot senjata di daerah Lengkong. Sebelum penyerangan ke depot senjata Jepang, diterima kabar jika tentara Belanda akan melucuti tentara Jepang di depotnya.
Dengan maksud mendahului Belanda yang akan merebut depot Jepang, Daan Mogot bersama 70 taruna MAT menyambangi depot tersebut pada 25 Januari 1946.