Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Mampukah Kita Wujudkan Indonesia Menjadi Kiblat Fesyen Muslim Dunia?

14 September 2019   07:00 Diperbarui: 15 September 2019   13:13 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2020 gong akan ditabuh sebagai deklarasi menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat fesyen muslim dunia (ranti.co.id)

Pemerintah, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah mencanangkan dan terus berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat fesyen muslim dunia.

Gong sebagai tanda mulai dideklarasikannya upaya tersebut akan ditabuh memasuki tahun 2020.

Kementrian Perindustrian siap berjaga-jaga dan mendukung untuk mewujudkan rencana tersebut.

"Tahun 2020 tinggal beberapa bulan lagi, kita harus segera membuat deklarasi, Indonesia harus menjadi salah satu Pusat Fesyen Muslim Dunia," kata Menperin Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu ketika membuka Muffest (Muslim Fashion Festival) 2019, di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Airlangga menuturkan, sepanjang tahun 2018 dan 2019, Kemenperin telah dan sedang mengembangkan industri fesyen muslim itu, yang mana dalam upayanya melibatkan 60 desainer, dan 656 orang pelakon usaha IKM (Industri Kecil dan Menengah) fesyen.

Airlangga menjelaskan pembinaan yang dilakukan Kemenperin antara lain link and match antara usaha fesyen muslim dengan industri tekstil, menumbuhkan wirausaha baru IKM pakaian muslim, capacity building IKM fesyen muslim, panduan teknis dan sertifikasi SKKNI.

Selain itu, juga pengadaan gelaran MOFP (Moslem Fashion Project). MOFP itu berupa kompetisi serta inkubasi bagi start up busana muslim.

Sesudah itu, juga dibuat peta jalan untuk meluaskan usaha busana muslim, dan link and match usaha busana muslim dengan para perancang.

Selain itu, industri fesyen muslim ini juga perlu didorong untuk menerapkan revolusi industri 4.0. Pengimplementasian revolusi industri 4.0 ini dapat dilakukan pada proses produksinya.

"Hal tersebut sudah diterapkan oleh salah satu industri tekstil di Tangerang," jelas Airlangga.

Seperti diketahui revolusi industri 4.0 ini adalah penerapan teknologi yang canggih. Seperti pada industri tekstil, penerapan advanced robotics dan augmented reality untuk proses pemotongan bahan dengan secara otomatis.

Airlangga menjelaskan, dengan diterapkannya revolusi industri 4.0, dengan tanpa mengurangi tenaga kerja, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri pakaian jadi.

Airlangga juga mengklaim, ekspor produk tekstil dan pakaian mengalami kenaikan. Kalau pada 2017 mencapai UD$ 12,59 miliar, maka pada tahun 2018 menjadi US$ 13,27 miliar. Atau 5,4 persen. Industri tekstil dan pakaian naik dari 3,76 persen di 2017 menjadi 8,73 persen di 2018.

Tahun 2020 sudah di depan mata, bagaimana realisasi dari gong deklarasi itu?

"Secara pasar kita sudah siap. Kalau sembilan tahun lalu ada komunitas hijabers, sekarang sudah lebih maju lagi," ujar Jenahara Nasution, Kamis (12/9/2019), desainer, dan pemilik busana Muslim Suqma, di kantornya.

Jenahara menjelaskan, sebagai penduduk muslim terbesar di dunia, market Indonesia untuk busana muslim ini potensial sekali.

Selanjutnya Jenahara mengemukakan, tren fesyen muslim di negeri ini semakin beragam ketimbang negara lain. Karena menurutnya, desainer busana muslim Indonesia semakin banyak, mereka mempunyai market masing-masing.

Senada dengan Menperin, Direktur Kreatif Sukma tersebut mengatakan, pemerintah harus ikut andil mendukung mewujudkan Indonesia menjadi salah satu kiblat busana muslim dunia. Jadi pekerjaan rumah bukan hanya dikerjakan oleh desainer belaka.

"Pemerintah harus punya road map mewujudkannya. Kalau mau ada desainer negeri ini go international, maka pemerintah harus menyokongnya dari hulu ke hilir," papar Jenahara.

Jenahara mencontohkan, sokongan pemerintah sangat diperlukan ketika para desainer mengadakan fashion show di negeri orang. Mereka sering kali mengocek kantong sendiri untuk biayanya, setidaknya dari bantuan sponsor. Tidak ada dari pemerintah.

"Semua harus disinergikan. Jangan hanya pada desainernya saja, pemerintah diperlukan. Pasar siap, pelaku industri juga siap," kata Jenahara.

Jenahara juga mengusulkan, Indonesia harus mempunyai tempat khusus. Jenahara mengatakan, Amerika Serikat, Perancis, dan Turki mempunyai tempat khusus dimana para desainer dapat menjual serta memamerkan produk-produknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun