Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Habil Marati Si "Koboi Mbalelo"

13 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 13 Juni 2019   09:50 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti diketahui, pada Pilpres 2014 lalu, PPP mendukung pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto/Hatta Rajasa. Tapi pada 2019, Ka'bah mendukung Jokowi-Ma'ruf.

Lebih lanjut Arsul mengatakan partainya akan memberikan bantuan hukum kepada kadernya asalkan dirinya tidak terlibat dalam kasus-kasus seperti terorisme, narkotika, dan korupsi. Bantuan hukum kepada Habil Marati akan diputuskan setelah mengikuti perkembangan penyelidikan selanjutnya.

Habil Marati memang ditangkap pada Rabu (29/5) di rumahnya di Jaksel karena ia diduga memberikan uang kepada Kivlan Zen untuk membeli senpi untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu bos LSI.

Habil Marati dikenal sebagai sosok yang mbalelo. Pria kelahiran Raha, Muna, Sulteng ini termasuk tokoh politikus muda. Pada periode 1999-2004, ada sejumlah tokoh politikus muda yang dikenal sebagai "Koboi Senayan". Disebut demikian, karena tokoh-tokoh muda yang terdiri antara lain Alvin Lie dan Ade Komarudin sering menggoyang Presiden Abdurrahman Wahid melalui Bruneigate dan Buloggate.

Akan tetapi, Habil Marati, berbeda tingkah dengan "Koboi Senayan". Habil justru lebih sering menyambangi Presiden Abdurahman Wahid di istana.

Pada saat mayoritas anggota DPR akan membentuk pansus yang bakal menyelidiki aliran dana ke Gus Dur. Habil justru tidak berbuat demikian. Habil memang menjadi anggota pansus yang dipimpin politisi senior partai berlambang Ka'bah Bachtiar Chamsyah. Habil justru sering bertentangan atau mbalelo dengan partainya.

Sejumlah kader PPP lantas gerah dengan sikap Habil. Pada Oktober 2000, PPP akhirnya mengeluarkan Habil dari pansus. PPP juga menskor dan diancam dipecat sebagai kader PPP. 

"Koboi Mbalelo" yang dilahirkan pada 7 Nopember 1962 ini menceritakan, pada 1980-an, dirinya mengambil kuliah di FEUI sembari menjadi kuli panggul, bahkan pernah bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran. Ia juga pernah ngamen di Malioboro, Yogyakarta.

Terangnya mulai bersinar ketika ia bekerja di perusahaan HPH di Kalimantan.

Ia pernah belajar reaktor kimia di Jerman, sesampai dia memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang kimia.

Ia pernah kecipratan rejeki Rp 250 juta dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun