Karbohidrat menjadi sumber utama makanan khas penduduk Indonesia. Konsumsi nasi putih sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Namun ternyata mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat berlebihan ternyata tidak baik untuk kesehatan. Karbohidrat menjadi sumber tenaga karena mampu diolah menjadi zat gula yang lebih halus. Semua organ pencernaan yang menggunakan karbohidrat bisa berada dalam masalah karena tubuh terlalu banyak menerima zat gula.
Karbohidrat memiliki kandungan kalori sebanyak 4 gram dan termasuk kandungan kalori yang cukup tinggi untuk tubuh. Karbohidrat tidak hanya ditemukan pada berbagai sumber pertanian seperti beras, jagung, dan gandum, tapi juga di berbagai makanan dan minuman yang mengandung zat gula tambahan.Â
Berbagai jenis gula sederhana atau gula pati seperti pada buah dan zat pati juga mengandung karbohidrat. Karbohidrat memang digunakan untuk tubuh sebagai sumber untuk mendapatkan tenaga, tapi karbohidrat bisa menjadi sumber gula karena mengandung kadar glikemik sehingga jika berlebihan tidak baik untuk kesehatan.
Kelebihan karbohidrat sangat berisiko dengan berbagai penyakit. Penyakit ini mungkin tidak akan segera disadari karena kebiasaan mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah tinggi. Kurangnya kesadaran mengonsumsi pengganti karbohidrat juga menjadi pemicu.
Lemak dan Karbohidrat
Sejak lama, pemerhati diet mendebatkan dua "biang kerok" bagi kesehatan buruk, yakni karbohidrat dan lemak. Ada yang bilang lemak lebih berbahaya dari karbohidrat, ada juga yang percaya sebaliknya, bahwa asupan karbohidrat tinggi lebih bahaya bagi kesehatan.
Nah, temuan terbaru yang kini tengah dibicarakan mengatakan bahwa asupan karbohidrat tinggi ternyata berkaitan dengan risiko kematian yang lebih besar, sementara asupan lemak tinggi justru memiliki risiko lebih rendah.
Inilah hasil studi yang didapat tim ilmuwan internasional yang meneliti pola makan dan angka kematian selama 7 tahun terhadap 135.335 partisipan usia 35-70 tahun di 18 negara. Para ilmuwan tersebut berbasis di universitas maupun pusat penelitian di Kanada, Uni Emirat Arab, Argentina, Brazil, China, Iran, Malaysia, Afrika Selatan, India, dan banyak lagi.
Para peneliti bertujuan untuk melihat apakah lemak, protein, dan karbohidrat berkaitan dengan risiko meninggal karena penyebab apa pun, atau mengalami insiden kardiovaskular besar, seperti serangan jantung, stroke, atau gagal jantung. Analisis mereka lantas dilaporkan dalam jurnal The Lancet.
Dibandingkan dengan kelompok yang memiliki konsumsi karbohidrat 20 persen paling rendah, mereka dengan konsumsi karbohidrat 20 persen paling tinggi memiliki 28 persen peningkatan risiko meninggal lebih cepat.
Sementara itu, mereka yang masuk dalam kelompok 20 persen tertinggi dalam asupan lemak total - sekitar 35,3 persen kalori dari lemak - memiliki sekitar 23 persen penurunan risiko kematian dibandingkan terendah 20 persen (sekitar 10,6 persen kalori dari lemak).