Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fungsi Bela Diri bagi Si Buah Hati

13 April 2018   09:35 Diperbarui: 13 April 2018   21:04 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Anita Chandra, M.Psi., Psikolog, dari RS Columbia-Asia Pulomas, menilai bahwa seni bela diri menjadi pilihan orangtua untuk aktivitas buah hati mereka karena tiga manfaat sekaligus, yaitu fisik, skills, dan psiko-sosial.

"Bela diri merupakan sarana olahraga yang tak hanya mengajarkan keterampilan untuk membela diri saat situasi darurat, tapi juga aspek psiko-sosial yang mengajarkan anak tentang regulasi emosi dan nilai-nilai positif," papar Anita.

Psikolog anak yang juga berpraktik di Klinik Anakku Kelapa Gading ini mengatakan bahwa secara umum semua seni bela diri mengajarkan tentang percaya diri, percaya pada kemampuan diri sendiri, membela kebenaran, menghargai orang lain (misal menghormati seniornya), dan menjaga perdamaian.

Lebih rinci, Anita menjelaskan bahwa banyak aspek yang bisa dipelajari dari anak yang sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu bela diri, seperti terlatih melakukan koordinasi gerak (atas-bawah dan kanan-kiri), di mana hal ini juga mengembangkan kemampuan kerja otak kanan-kiri mereka, membangun ketahanan fisik, kekuatan otot, dan kelenturan.

Di saat yang sama, anak melatih ketekunan saat belajar bahwa setiap gerak memiliki tahapan tersendiri. Anak juga berlatih sabar, tidak tergesa-gesa dalam menilai situasi (seperti saat tanding), percaya diri, dan meregulasi emosi saat ia bekerja sama dengan rekan satu tim.

Tak lupa Anita menegaskan bahwa seni bela diri seharusnya tidak terkait dengan gender. Anak perempuan bisa melakukannya jika ia tertarik.

Namun demikian, memang pada kenyataannya masih ada persepsi bahwa anak-anak perempuan lebih baik mengikuti seni bela diri yang "halus", seperti kungfu atau aikido, ketimbang seni bela diri yang "kasar" seperti taekwondo atau judo.

"Mungkin, yang perlu diperhatikan adalah pengaruh terhadap postur atau pembentukkan tulang anak yang harus ditanyakan pada ahlinya, karena pada beberapa seni bela diri, ada yang memiliki batas usia minimum," Anita mengingatkan.

Psikolog ini menegaskan bahwa anak mulai dapat diperkenalkan bela diri yang sungguh-sungguh sejak usia di atas 5 tahun, karena pada usia tersebut seorang anak dapat lebih mengontrol dirinya.

Tentu, butuh peran orangtua dalam pemantauan anak yang belajar seni bela diri, seperti untuk senantiasa menanamkan nilai positif aktivitas tersebut, memberi batasan jelas, dan memotivasi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun