Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Bantal Guling, Benarkah Berasal dari Indonesia?

8 Agustus 2022   11:07 Diperbarui: 8 Agustus 2022   11:09 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidur dengan guling (merdeka.com)

"Kamilah satu-satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang digunakan untuk dirangkul," kata Presiden pertama RI Ir. Soekarno.

Ungkapan Sang Proklamator itu dimuat di buku karya Cindy Adams yang berjudul "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat" (1965).

Seperti diketahui Cindy Adams adalah seorang jurnalis asal Amerika Serikat yang mewawancarai dan kemudian membuat buku tentang Presiden pertama RI Ir. Soekarno.

Kata "sejenis bantal untuk dipeluk" seperti yang disebutkan Soekarno itu yang dimaksud adalah apa yang kita kenal sekarang dengan guling.

Guling atau bantal kini bukan lagi menjadi barang langka, hampir di setiap rumah yang mempunyai kamar atau tempat tidur pasti ada tersedia guling atau bantal.

Namun pada jamannya guling ini "masih baru". Guling hadir di Indonesia pada jaman penjajahan Belanda.

Pada masa itu bantal guling disebut juga dengan dutch wife. Istri Belanda.

Mengapa disebut demikian?

Hal tersebut berawal dari orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia pada waktu itu yang tidak disertai dengan istri mereka.

Oleh karenanya sejumlah dari mereka ada yang membayar wanita pekerja seks untuk melepaskan "rindu" berahi mereka.

Namun beberapa dari mereka ada yang tidak mempunyai cukup uang atau pelit untuk membayar pekerja seks itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun