Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Tegas pada Anak

30 Juli 2017   07:59 Diperbarui: 30 Juli 2017   12:33 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: andigokugen.blogspot.com

Tegas adalah karakter yang mampu mempertahankan prinsip. Tegas adalah tidak goyah ketika orang lain menyudutkannya. Tegas bertujuan untuk melindungi anak-anak kita sendiri dari lingkungan yang buruk.

Karakter tegas adalah salah satu rangkaian pada pembentukan karakter positif bagi tumbuh kembang anak-anak kita kelak di masa depan.

Seperti karakter lainnya, setiap karakter pada anak tidak terjadi begitu saja. Ada dari gen, tapi peran itu hanya memiliki persentase 10 persen saja. Selebihnya anak-anak akan belajar dari contoh dan teladan orang terdekat. Bila ia dekat dengan lingkungan yang mendorongnya menjadi pribadi yang negatif maka ia akan tumbuh kembang dengan pribadi semacam itu. Terlebih ketika kita sebagai orangtua tidak peka akan hal itu.

Tegas adalah karakter yang mampu mempertahankan prinsip, suka kebenaran dan tidak abu-abu. Prinsip yang benar tentu saja. Tegas adalah tidak goyah ketika orang lain menyudutkannya dengan suatu masalah yang membuatnya tersudut. Ketika ia merasa benar maka ia akan bertahan dengan kebenarannya itu.

Tegas lebih ke depannya lagi sebenarnya bertujuan untuk melindungi anak-anak kita sendiri dari lingkungan yang buruk.

Banyak pelecehan seksual, penculikan pada anak remaja, hanya karena mereka tidak tegas untuk menolak. Mereka tidak diajarkan bahwa menolak adalah salah satu tindakan yang baik sepanjang itu menurut koridor aturan dan norma yang benar.

Lalu bagaimana cara kita mengajarkan karakter tegas pada anak kita?

  1. Terapkan Aturan. Penerapan aturan adalah rangkaian pembelajaran disiplin. Ketika kita membuat aturan maka itu artinya setiap individu dalam rumah tangga kita harus mengikuti aturan disiplin yang harus kita lakukan. Ketika aturan untuk bersikap disiplin itu sudah diterapkan maka kita sebagai orangtua bukan bertindak sebagai hakim yang hanya bertugas mengetuk palu untuk memberi hukuman. Kita menerapkan aturan disiplin dengan pola pikir ke depan untuk mereka beberapa tahun kelak, lalu kita juga belajar untuk mengikuti aturan itu. Bila kita melanggar kita juga harus mau menerima hukuman sebagaimana kita menerapkan hukuman bagi anak-anak. Aturan disiplin juga diterapkan sesuai pola usia. Disiplin untuk anak usia sebelas tahun tentunya tidak sama dengan disiplin untuk anak usia lima tahun. Aturan menaruh barang harus pada tempatnya dan hukuman bila dilanggar dari mulai memotong uang jajan harian hingga hukuman membatalkan pergi ke suatu tempat akan menjadi suatu tantangan untuk anak-anak dan kita sendiri sebagai orangtua. Tentunya hukuman harus diiringi dengan reward pujian untuk setiap kebaikan dan hal positif yang mereka lakukan.
  2. Kebiasaan Baik.  Mengajarkan kebiasaan baik pada anak tentunya dilakukan pada rentang usia yang dini. Pada usia batita mereka akan paham jadwal makan, jadwal tidur, atau jadwal-jadwal lainnya yang diciptakan oleh orangtuanya. Anak-anak tidak bisa membuat aturan sendiri. Anak-anak mengikuti contoh yang orangtua lakukan pada mereka dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pada usia dini ini, ketika semuanya sudah terjadwal, pasti akan terlihat pada pola anak-anak. Anak yang terbiasa tidur siang hari, teman mereka mengajak bermain mungkin saja mereka akan tertarik. Tapi alarm tubuh mereka yang sudah kita biasakan pada mereka akan membuat mereka bisa jadi terkantuk-kantuk ditengah permainan atau menjadi mudah emosi karena mereka mengantuk. Anak yang terbiasa bicara baik pasti akan merasa aneh bila mendengar teman mereka bicara tidak baik. Inti dari kebiasaan baik itu adalah tetap kita sebagai orangtua menjadi contoh untuk mereka. Ketika mereka dilarang menonton acara tertentu di televisi itu artinya kita juga melakukan hal yang sama. Sehingga mereka paham bahwa kebiasaan baik itu untuk semua anggota keluarga demi kebaikan seluruh anggota keluarga juga.
  3. Katakan Tidak. Mengatakan tidak atau menolak adalah aturan yang memang harus kita ajarkan pada anak-anak. Ajarkan anak-anak berkata tidak dengan kita melakukannya terlebih dahulu. Misal, anak-anak merengek minta balon pada kita. Padahal baru saja membeli tiga buah balon yang dibiarkan begitu saja. Meski mereka membuat kita menangis ketika mereka merengek, meski hati kita merasa tersayat mendengar mereka berteriak, tetap kita gelengkan kepala untuk berkata tidak. Sehingga mereka akan belajar kapan kita sebagai orangtua berkata tidak dan kapan kita mengangguk ya. Jelaskan dengan memeluk mereka atau mengelus kepala lalu berikan alasan kita mengapa menolak permintaan mereka. Ke depannya tentu saja bila kita konsisten dengan hal-hal yang memang kita lakukan, maka mereka akan mudah mengerti dan mampu menggelengkan kepala untuk hal-hal lain yang sifatnya lebih besar lagi semisal mereka akan mampu menolak ajakan teman-teman mereka untuk bolos sekolah atau mem bully teman.
  4. Bekali Dengan Kemampuan Komunikasi. Sesungguhnya hanya membekali tegas saja hanya akan membuat mereka kaku. Bahkan mungkin bisa jadi menyakitkan teman-teman. Maka bekali anak-anak kita dengan ketegasan plus cara komunikasi dengan baik. Ketika kita menolak permintaan mereka lalu kita jabarkan kenapa kita menolak dengan bahasa yang mereka pahami dan tidak dengan emosi, anak-anak akan paham itu sebagai pembelajaran mereka bersikap pada orang lain kelak. Sekali dua kali mereka tidak akan paham, tapi bila itu dilakukan berulang kali selain mereka paham, mereka juga akan terbentuk untuk berkomunikasi dengan baik.
  5. Bekali Juga Dengan Kemampuan Bela Diri. Di lingkungan yang semakin tidak terjaga ini, kita tidak hanya diharuskan membekali anak dengan bekal sikap yang tegas tapi juga kemampuan untuk membela diri. Sikap tegas di lingkungan yang permisif sering disalahartikan menjadi sikap yang kaku. Maka ajarkan anak untuk membela diri mereka bersikap seperti itu. Kemampuan bela diri bisa juga dalam artian kemampuan mereka bicara kepada orang yang patut mendengar pembelaan mereka. Jadi mereka tahu tempat yang pas untuk mengadu tanpa takut. Atau bela diri dalam arti yang sesungguhnya seperti ilmu bela diri kungfu atau pencak silat. Sebab, sikap tegas sering mendatangkan musuh. Dan musuh yang terberat untuk anak-anak adalah ketika teman-teman yang tidak menyukai datang padanya untuk mem bully sehingga anak kita terpojok. Dengan ilmu bela diri yang mereka miliki paling tidak mereka memiliki nilai plus yang membuat orang lain berpikir seribu kali ketika akan menyakitinya.
  6. Kita Selalu Ada Disamping Mereka. Memastikan diri bahwa kita selalu ada di dekat mereka untuk mendukung semua yang mereka lakukan adalah tindakan yang paling efektif untuk mereka. Kita tidak melepas mereka sehingga mereka benar-benar mampu untuk dilepaskan. Kita sadar sesadarnya bahwa bersikap tegas di zaman sekarang ini akan mendatangkan banyak masalah. Tapi kita yakinkan bahwa itu adalah yang terbaik untuk anak-anak. Sehingga mereka akan nyaman dan juga bahagia menjadi pribadi yang tegas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun