Sesungguhnya hidup adalah perkara pengambilan keputusan. Namun membuat keputusan terkadang bukan hal yang mudah, terlebih saat keputusan yang akan diambil dapat menimbulkan konsekuensi.
Memilih pasangan hidup, memilih jurusan ketika kuliah, memilih pekerjaan, memilih tempat tinggal. Dihadapkan situasi dimana Anda harus bekerja sedangkan isteri atau anak sakit. Ditawari bekerja di perusahaan dengan gaji yang jauh lebih besar, namun disisi lain merasa nyaman dengan perusahaan saat ini. Itulah contoh pengambilan keputusan.
Saat dihadapkan pada situasi semacam itulah, seseorang bingung, mana yang harus dipilih, karena semua tampaknya sama pentingnya.
Irvan Irawan Jie, MBA, ACMC, dari Meta-Coach Foundation mengingatkan jika dihadapkan pada keputusan yang sulit, pastikan kejelasan dari situasi tersebut apakah sudah sesuai dengan fakta-fakta yang ada juga apakah kita sudah siap untuk mengambil sebuah keputusan.
"Lakukan pertimbangan yang matang, ketahui konsekuensi yang akan dihadapi, konteks ketika mengambil keputusan misalnya kapan akan diam, dengan siapa, apakah ada efeknya pada orang lain, apakah kita punya kontrol akan keputusan tersebut. Dan apakah keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri dan orang lain," papar Irvan.
Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi.  Psikolog, dari Brillian Psikologi, Surat menjelaskan bahwa membuat suatu keputusan adalah kewajiban setiap pribadi, karena saat kita tidak membuat keputusan, sebenarnya kita juga telah membuat keputusan, yaitu keputusan untuk pasrah terhadap keadaan. Sehingga apapun pilihannya, sebagai pribadi yang dewasa tetap harus membuat keputusan.
"Ambillah keputusan dengan tepat, dan tidak menyesal di kemudian hari. Karenanya perlu memperhatikan beberapa hal sebelum memutuskan," ujar Danang.
Ia mencatat ada sejumlah poin yang harus diperhatikan, pertama, berpikir secara matang dan tidak terburu-buru. Cepat atau sigap, berarti segera, melalui cara berpikir dan emosional yang matang maka kecepatan dalam pengambilan keputusan mungkin saja terjadi. Terburu-buru karena takut terhadap dampaknya mungkin juga karena desakan orang lain atau situasi sehingga saat memutuskan tidak berpikir logis justru emosional. Sehingga keputusan yang diambil biasanya tidak rasional.
Kedua, prioritaskan mana yang lebih didahulukan, hal ini sangat membantu untuk lebih tegas mengambil keputusan. Ketiga, analisa dampak negatif dan positifnya sehingga bisa meminimalisir risikonya.
Keempat, sesuaikan keputusan dengan lingkungan (ekologis). Kadang keputusan yang kita anggap baik, belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Karenanya pertimbangkan apakah keputusan tersebut juga dapat direalisasikan dalam suatu lingkungan, apakah orang lain juga akan merasakan hal yang sama seperti yang kita alami.
Kelima, meminta pertimbangan dari orang lain. Sematang apapun kita mempertimbangkannya, pasti sedikit banyak ada titik buta (blind spot) yang tidak disadari karena ternyata kita tidak memandang permasalahan secara menyeluruh. Disinilah sudut pandang orang lain dibutuhkan guna mengoreksi apakah keputusan yang diambil sudah tepat.