Karbohidrat yang terdapat dalam makanan yang biasa kita konsumsi seperti nasi, roti putih, mie, kentang, singkong, atau pasta memang baik dan diperlukan untuk energi tubuh. Namun jika berlebihan dapat berpengaruh negatif bagi kesehatan. Studi terbaru bahkan menunjukkan karbohidrat dalam jumlah besar lebih berbahaya daripada lemak jenuh.
Selama ini, lemak jenuh mendapat label negatif karena selalu diasosiasikan dengan sejumlah serangan jantung. Karena itu, kita terbiasa menghindari lemak jenuh. Padahal, yang seharusnya kita perhatikan adalah asupan karbohidrat dalam pola makan kita.
Penelitian di dalam jurnal PLOS ONE mengungkap bahwa kadar lemak jenuh sesorang bisa meningkat dua sampai tiga kali lipat tanpa menambah level lemak tersebut di dalam darah. Sementara itu karbohidrat justru diasosiasikan dengan peningkatan level asam lemak yang terkait peningkatan risiko terhadap diabetes dan penyakit jantung.
Dalam studi tersebut, para partisipan menjalani diet ketat selama 4,5 bulan. Setiap tiga minggu sekali, diet partisipan diubah untuk menyesuaikan level karbohidrat, lemak total, serta lemak jenuh mereka. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa ketika jumlah karbohidrat dikurangi dan lemak jenuh ditambah, lemak total di dalam darah tidak meningkat, bahkan cenderung turun.
"Ketika Anda mengkonsumsi menu yang rendah karbohidrat, tubuh.Anda akan membakar lemak jenuh," ujar penulis studi, Jeff Volek, ilmuwan dari Ohio State University. "Karena itu, meski partisipan kami menyantap lemak jenuh dua kali lebih besar, level lemak dalam darah mereka malah turun."
Ini terjadi karena asam lemak bernama palmitolec. Asam lemak ini dikaitkan dengan metabolisme tak sehat dari karbohidrat dan bisa memicu penyakit. Palmitolec ikut turun seiring diet [caption caption="karbohidrat"][/caption]rendah karbohidrat, dan naik ketika konsumsi karbohidrat meningkat. Peningkatan palmitolec menunjukkan bahwa peningkatan karbohidrat diubah menjadi lemak ketimbang dibakar oleh tubuh.
Ayo benahi pola makan kita.