Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Memulai Bisnis Saham (Bagian-4): Memilih Saham dan Mengatur Portofolio

4 Mei 2023   12:04 Diperbarui: 5 Mei 2023   13:50 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memilih saham dan mengatur portofolio. Sumber: Freepik via kompas.com

Setelah kita memiliki akun untuk bertransaksi di pasar saham, selanjutnya kita harus menentukan saham mana yang akan kita beli, kapan kita beli atau pada harga berapa kita beli, berapa banyak lembar saham yang akan kita beli, kapan kita akan jual dan seterusnya.

Jawaban dari semua pertanyaan di atas merupakan kegiatan utama atau "core business" dari bisnis saham yang kita jalani. Kesuksesan kita dalam berbisnis di pasar modal tergantung dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sebenarnya jawaban dari pertanyaan di atas juga ditentukan oleh motivasi awal kita masuk ke pasar saham seperti yang sudah kita bahas di bagian sebelumnya dan juga tergantung dari tipe investor seperti apa yang kita pilih untuk dijalani.

Sebagai contoh kalau tujuan kita berinvestasi di pasar saham adalah untuk memberikan lindung nilai (hedging) atas asset yang kita miliki maka pilihan saham yang tepat untuk dibeli adalah saham-saham perusahaan besar yang sudah mapan.

Saham-saham perusahaan besar dan mapan ini disebut juga saham lapis satu atau big caps karena kapitalisasi pasarnya (market cap) sangat besar. Saham ini juga sering disebut sebagai saham kapal induk karena ukurannya sangat besar dan pergerakannya lamban atau tidak selincah saham perusahaan yang lebih kecil.

Karena pergerakannya pelan-pelan, saham ini memberikan rasa aman bagi investor karena kemungkinan kecil sahamnya tiba-tiba terjun bebas.

Saham-saham lapis satu ini cocok untuk melindungi asset kita dari gerusan inflasi dan terkadang bisa memberikan return sekitar 20-30% per tahun, jauh di atas bunga deposito dan besaran inflasi. Namun demikian kita juga tidak bisa berharap dapat keuntungan berlipat dalam waktu kurang dari satu tahun.

Contoh saham-saham big caps antara lain, saham bank BCA (BBCA), bank BRI (BBRI), bank Mandiri (BMRI), bank BNI (BBNI) dan disektor lain seperti saham ASTRA group (ASII), Indofood (INDF), PT Telkom (TLKM), perusahaan tambang Adaro group (ADRO) dan masih banyak lagi.

Meskipun secara umum membeli saham big caps tergolong aman, namun kita tetap perlu berhati-hati  dalam memilih saham ini.

Dalam beberapa kasus, meskipun perusahaan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, produk terkenal dan manajemen bagus namun harga sahamnya cenderung turun, contohnya adalah saham Unilever (UNVR), Sampoerna (HMSP) atau Gudang Garam (GGRM).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun