Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Spesialis Vs Generalis, Mana yang Lebih Relevan Diterapkan di Tempat Kerja?

3 Juni 2022   20:58 Diperbarui: 4 Juni 2022   07:11 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Program Pertukaran Mahasiswa, Sumber: iStock via detik.com

Perdebatan mengenai mana yang lebih baik, menjadi spesialis atau generalis bagi seorang karyawan dalam meniti karir di dunia kerja telah banyak dibahas di berbagai media dan menjadi pertanyaan yang klasik dari dulu hingga sekarang.

Namun demikian isu generalis vs spesialis tetap menjadi pro-kontra diantara kedua belah pihak yang mendukung atau menentangnya. Hal ini dikarenakan ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan karir di tempat kerja selain menjadi spesialis atau generalis.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studi dan perguruan tinggi asal juga memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk memilih apakah mereka akan menjadi spesialis atau generalis.

Sebagai contoh seorang mahasiswa departemen Teknik Mesin yang tertarik untuk membuat robot sendiri bisa mengambil mata kuliah elektronika dan sistim kontrol otomatis yang merupakan mata kuliah di departemen Teknik Elektro.

Dalam hal ini si-mahasiswa memilih untuk menjadi generalis dengan menguasi ilmu Teknik Mesin (kinematika, dinamika) sekaligus ilmu Teknik Elektronika (elektronika dan sistim kontrol otomatis).

Sebaliknya bila seorang mahasiswa tersebut ingin menjadi spesialis dia akan memperdalam mata kuliah kinematika & dinamika, dan mengambil mata kuliah elektronika dan sistim kontrol hanya untuk memperluas pemahamannya terhadap penerapan ilmu kinematika dan dinamika dari sudut pandang sistim kontrol elektroniknya.

Kedua pilihan diatas sah-sah saja dan memungkinkan untuk dilakukan melalui kurikulum Merdeka saat ini. Namun untuk level mahasiswa jenjang S1 hampir bisa dipastikan tujuan mengambil mata kuliah di luar program studinya adalah untuk menjadi seorang generalis.

Hal ini mengingat sampai jenjang S1 apa yang dipelajari oleh mahasiswa masih tergolong ilmu secara umum belum sampai spesisfik dan mendalam. Faktor lain adalah karena faktanya cara belajar sebagian besar mahasiswa sampai jenjang S1 tidak sampai mendalam, bahkan ada yang hanya untuk sekedar lulus atau sistim kebut semalam (SKS).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang dilaksanakan oleh Kemendikbud nantinya akan cenderung menghasilkan seorang generalis dibanding spesialis.

Terlepas apakah Kemendikbud memang bertujuan mencetak lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki kemampuan merata diberbagai bidang (generalis). Hal penting yang perlu diketahui oleh para mahasiswa ini adalah mana yang lebih relevan dalam praktek nyata di dunia kerja, menjadi generalis atau spesialis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun