Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Di Negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi Harga Jagung Melambung Tinggi, Impor Jadi Solusi?

26 September 2021   21:16 Diperbarui: 28 September 2021   13:30 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sedang memanen jagung. Foto: Bahana Patria Gupta/Kompas.com

Di awal bulan September ini, terjadi drama yang viral di media sosial. Suroto salah satu dari 4,500 peternak ayam rakyat di Kabupaten Blitar menjadi "pahlawan" bagi sesama peternak karena aksinya membentangkan poster saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Blitar.

Sebenarnya protes yang dilakukan peternak di Blitar mengenai harga jagung yang mahal bukan hal yang baru. Pada pertengahan Oktober 2018 terjadi aksi damai seribuan peternak layer (ayam petelur) dari Blitar Raya, Kediri, dan Malang di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar. 

Mereka memprotes kelangkaan jagung sebagai pakan ternak di pasaran dan harganya yang tinggi, di atas Rp 5.000 per kg. Pada saat itu aksi tersebut bisa diredam dengan baik karena Pemerintah melalui Kementan langsung mendistribusikan 12,000 ton jagung ke sejumlah sentra ayam petelur di beberapa titik di Pulau Jawa.

Namun kegusaran peternak ayam di Blitar kali ini cukup beralasan, harga jagung sudah menyentuh angka Rp. 6,000 per kg, sementara itu harga jual telur ayam di tingkat peternak justru turun sampai Rp13.800 per kilogram dari kandang. 

Menurut beberapa sumber Harga Pokok Produksi (HPP) telur idealnya berkisar pada Rp. 18,000 -- Rp. 20,500 per kg, dengan harga jagung sesuai acuan pembelian (HAP) sebesar Rp. 4,500 per kg. Dengan kondisi tersebut peternak tertekan dari dua sisi sehingga mereka malah merugi.

Di tengah kondisi sulit yang dihadapi oleh peternak ayam rakyat, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Aditya Alta menyarankan Pemerintah untuk melakukan impor jagung. 

"Impor jagung itu akan menambah jumlah jagung yang beredar. Ketika harga sudah tinggi, otomatis harga jagung turun dan pada akhirnya dia akan menurunkan biaya produksi bagi peternak ayam dan petelur," kata Aditya dalam sebuah webinar, Jumat (24/9), yang dikutip dari katadata.co.id.

Harga jagung impor memang lebih murah daripada harga jagung lokal saat ini. Namun solusi impor jagung ini ibaratnya seperti minum parasetamol pada orang yang sedang sakit dengan sympton demam tinggi. Untuk sementara mungkin bisa menurunkan "panas" tapi tidak bisa menyembuhkan penyakitnya.

Sebenarnya bukan hanya jagung yang harga impornya lebih murah dibanding lokal. Komoditas bahan pangan lain seperti kedelai, gula pasir, bawang putih dan bahkan beberapa jenis buah-buahan lebih murah impor daripada produk lokal.

Sebagai contoh harga jagung impor dari Brazil saat ini hanya sekitar Rp. 2,500 per kg, jauh lebih murah dibanding harga jagung lokal yang mencapai Rp.6,000 per kg. Demikian juga kedelai impor yang harganya lebih murah dari kedelai lokal dan kedelai lokal hanya mampu memasok 10% dari kebutuhan kedelai Nasional, yang 90% masih mengandalkan impor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun