Mohon tunggu...
Rudy Rdian
Rudy Rdian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kawula alit ingkang peduli nasib negeri.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kami Siap Menang Siap Kalah... Bermakna Ganda

8 Juli 2014   12:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:03 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PS : "Kami siap menang siap kalah"
JK : "Kita bisa menang asal tidak dicurangi".

Pernyataan PS dan gerbongnya sangat bersayap. Mengapa?
1. Dengan pernyataan seperti itu, maka mereka dapat melakukan strategi "kecurangan" yang halus. Jika  sudah melakukan cara seperti itu dan mereka tetap kalah, mereka "terlihat" sudah gentle elegan menyatakan "Kami siap kalah", so nothing to lose untuk "kecurangan".

Perlu kita ingat bahwa gerbong penumpang Pemilu 2004 dan 2009 dimana akhirnya kita tahu ada "kecurangan halus" sekarang ada di PS. Dibawah kontrol yang punya.

2. Jika mereka melakukan "kecurangan halus" dan menang kemudian kubu JKW melaporkan kecurangan tersebut, maka mereka akan menyatakan "Lho kok ga mau mengakui kekalahan? padahal kami sudah siap menang siap kalah".

Kedua arti di atas, pastinya akan ditanggapi oleh kubu PS yang berkeliaran di kompasiana ini bahwa kubu JKW terlalu curigation, dikit-dikit curiga tidak kesatria, maka akan saya jawab :

1. Bagi saya sah-sah saja. Hal ini juga akan sama jika anda berada pada pihak yang dirugikan dengan cara yang tidak elegan. Contoh kasus : Pilpres Hongkong walaupun masih dalam investigasi. Tapi bagi saya itu adalah test case pertama mereka untuk melihat reaksi rakyat atau kubu JKW.

2. Semua orang, siapapun itu. Jika sudah pernah dibohongi bahkan sampai 2x, maka mereka akan menjadi sangat hati-hati, maka menjadi sangat curiga itu wajar...naluri. Ingat kasus korupsi? maka wajar jika rakyat sangat curiga setiap ada program pemerintah yang melibatkan uang banyak, pasti mereka langsung bilang paling dikorupsi...kalo sekarang ada kata lain "Bochor", karena tiap berurusan dengan uang sering dikorupsi.

3. Jangan salahkan rakyat atau kubu lain. Salahkan Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati yang keduanya Ex-KPU, karena merekalah kita rakyat tahu bahwa "kecurangan halus" terjadi bukan hanya di grass root (TPS) tapi juga sudah tingkat tinggi (KPU - wasitnya curang).

Dua kali sudah indikasi tersebut terjadi 2004 dan 2009 itupun belum termasuk pengakuan para DanKodim (sudah menjadi rahasia umum). Untuk itu jangan salahkan rakyat kalau mereka bercuriga tinggi dengan adanya "pelaku kecurangan halus" ada di gerbong PS.

Untuk itu rakyat jangan sampai 3x dibegoin, dibodohi, atau apapun itu oleh mereka-mereka yang pura-pura kesatria dengan suara lantang, tegas, dan lain-lain tetapi munafik menghalalkan segala cara.

Datanglah dengan membawa Smartphone, Handycam, atau alat perekam visual. Rekam segala aktivitas wasit yang ada di TPS anda, rekam nama, posisi TPS dan hasilnya. Kalau perlu muka-muka wasitnya. Awasi terus sampai semampunya, kalau bisa  sampai Kecamatan/Kabupaten Kota. Catat sisa surat suara yang tidak terpakai.

Lawan pembodohan !!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun