Teori pengelolaan identitas dikembangkan oleh Tadasu Todd Imahori dan William R. Cupach mereka menunjukkan bagaimana identitas terbentuk, terjaga, dan berubah dalam hubungan.
Dalam membentuk sebuah identitas, tidak terlepas dari budaya dan komunikasi interkultural hal tersebut digunakan dalam mempertimbangkan sebuah aspek budaya dari sebuah hubungan komunikasi sebagai contoh, lala merupakan keturunan medan, dan siti merupakan keturunan jawa.
Mereka saling berkomunikasi dengan cara dan aspek menurut budaya mereka masing-masing, lala berbicara dengan intonasi yang cukup keras, dan siti berbicara dengan intonasi yang lembut, pada budaya yang siti miliki, berbicara dengan intonasi yang cukup keras dianggap tidak sopan, namun dengan siti mengetahui tentang kultur dan budaya orang yang keturunan medan, hal yang tadinya tidak dianggap sopan menjadi dapat diterima dengan atas dasar budaya.Â
Namun ketika orang lain yang berbicara dengan suti, dan siti mengetahui tentang kultur yang orang itu miliki, ketika dia melakukan hal yang sama hal tersebut menjadi tidak sopan dan merubah siti dalam sebuah hubungan komunikasi karena dapat menyinggung siti.
Perbedaan budaya memerlukan sikap toleransi yang cukup dalam sebuah komunikasi. Pentingannya pengetahuan umum tentang sebuah budaya atau kultur dalam negara ini, yang kita ketahui bahwa negara ini memiliki sangat banyak budaya dan suku bangsa, dan hal tersebut tersebar di seluruh pulau, daerah, di Indonesia.
Dalam berinteraksi antar individu, komunitas, atau kelompok, tidak hanya mengenai apa yang orang lain inginkan untuk diri mereka dan untuk hubungan itu sendiri walaupun hal ini selalu menjadi bagiannya, tetapi tentang dukungan dan atau ancaman terhadap identitas budaya tersebut.