Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jihad Lawan Nafsu Amarah Kita

17 Mei 2019   15:27 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Pilpres dan Pileg usai, apa yang tersisa di gadget kita ?

Mungkin nyaris semua sepakat bahwa  kata-kata sumpah serapah yang ditujukan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas penyelanggaraan Pemilu yang menurut mereka tak adil dan banyak kecurangan yang tersisa di gadget kita. Sumpah serapah itu nyaris tak berhenti sejak Pilpres usai dilaksanakan yaitu 17 April 2019.

Sebulan setelah itu atau menjelang rekapitulasi usai, pihak-pihak yang tak puas masih saja mempertanyakan itu di time-line. Sementara itu, para pendukung lawannya, membalas dengan kata-kata yang tak kalah kasar sehingga dua kubu saling hujat dan tidak terkontrol. Itu semua muncul di gadget kita.

Pemilihan Legislatif,maupun  Presiden adalah beberapa cara untuk mengekspresikan demokrasi politik kita. Kontestan peserta pemilu itu harus berjuang untuk mendapat simpati dari masyarakat. Usai memilih, masyarakat tetap harus berjuang demi penghidupannya untuk kesejahteraan diri dan keluarganya. Mereka juga harus bekerja keras untuk penghidupan mereka sendiri.  Perjuangan itu membutuhkan kerjasama dengan pihak lain, mungkin malah kita harus bekerjasama dengan pendukung lawan ketika kampanye berlangsung.

Karena itu mungkin perlu kita tinjau kembali bagaimana sikap kita kepada pihak lain saat berlangsungnya pesta demokrasi itu. Kita seakan --akan bersikap seperti berbuat jihad ketika membalas ujaran dari lawan di media sosial. Sumpah serapah juga turut menwarnai. Hujatan-hujatan juga tak ketinggalan.

Jika kita baca dan renungkan kembali, mungkin kita menjadi malu. Pilpres dan Pileg hanya bentuk pesta demokrasi yang berlangsung lima tahunan menjadi ajang saling cemooh yang tidak berguna. Sampai sekarangpun hal itu sebagian masih berlangsung meski agak berkurang meski sudah masuk bulan Ramadan yang kita cintai bersama.

Kita harus sadar, segala hal di dunia yang utama adalah kemanusiaan. Tuhan berada di setiap teman, kerabat dan saudara kita Sehingga tak layak jika kita berujar tak senonoh hanya demi pandangan politik dan bersifat sementara. Pandangan politik bukan jihad yang harus dibawa dan diperjuangkan mati-matian.

Jihad yang utama dan terutama saat ini adalah jihad untuk melawan hawa nafsu yang ada di masing-masing diri manusia, termasuk amarah disertai sumpah serapah dan saling hina itu. Jihad utama lainnya adalah berjuang untuk keluarga. Berjuang menghidupi mereka dengan baik. Rukun dengan tetangga dan teman serta saudara. Serta menjahi pertikaian dengan pihak lain. Dengan begitu sebenarnya kita sudah melaksanakan perintah Allloh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun