Mohon tunggu...
Rudiyana
Rudiyana Mohon Tunggu... Guru - Teacher and lecturer

An ordinary person who dreams big

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Negatif Covid, Positif Stupid

18 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 18 Februari 2021   09:47 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebenarnya tidak ada gunanya bercerita di media sosial,  tetapi saya, selaku guru dan orang tua,  berharap cerita saya ini dapat terdengar oleh pihak pemangku kebijakan publik, dll.

Awal-awal Pembelajaran Jarak (PJJ), beberapa kali, telah saya langsungkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui platform Zoom, dan karena berbagai pertimbangan satu dan lainnya, saya alihkan PJJ ini pada platform berbasis Learning Management System (LMS) saja.  Antara bahagia dan sedih bercampur jadi satu. Zoom saya gunakan karena aplikasi ini  sedikit mengurangi beban siswa dan orang tua karena platform ini untuk 40 menit pertama tidak menyedot kuota.

Bahagia karena terlihat raut berseri anak-anak saya bisa langsung bertemu dengan saya selaku guru mereka, dan bertemu dengan teman-teman mereka meskipun terjembatani ruang maya.

Hal ini sedikit membawa kegembiraan untuk saya karena sejatinya merekapun ingin bersekolah dengan cara 'normal',  bertatap muka langsung. Kenapa saya bilang demikian?
Dalam penyebaran link zoom, saya tidak mensyaratkan mereka untuk mengenakan pakaian seragam,  bahkan saya menyarankan untuk mengenakan pakaian bebas tapi sopan.

Apa yang mereka lakukan?  Mereka ternyata lolos ujian dari saya.  Ya!  Mereka, 120 siswa yang hadir,  semuanya mengenakan pakaian seragam sekolah lengkap. Terharu saya!

Meskipun demikian ada rasa getir yang saya rasakan.  Betapa tidak,  pembelajaran daring tidaklah begitu maksimal dirasa. Ketidakmaksimalan ini dikarenakan kualitas jaringan internet yang tidak memadai di Indonesia.  

Konon kualitas jaringan internet di Indonesia terburuk Se-ASEAN.  Setiap kali saya menyampaikan presentasi (PPT) materi, anak-anak tidak langsung melihatnya di layar gadget atau laptop mereka,  suara yang putus-putus,  tampilan visual yang pecah dan lamban,  gagal koneksi, bahkan laptop yang saya gunakan mengalami "heng", dan saya harus me-restart laptop saya.

Kita tidak tahu kapan Tuhan akan menarik pandemik ini.  Jika Tuhan berkehendak untuk pandemik ini ada dalam kurun waktu lama,  mau sampaikan kapan PJJ dilakukan?

Pun jika harus demikian,  untuk mendukung PJJ supaya tidak menstreskan masyarakat, seyognya pembuat kebijakan dalam hal ini Menteri Pendidikan menyediakan:
1. Internet gratis bagi guru dan masyarakat
2. Kualitas kecepatan internet, bandwidth,  harus mumpuni

3. Pemberian gadget kepada masyarakat karena tanpa ini apalah arti kuota internet. 

Pemerintah memang memberi sekian puluh gigabit kuota internet untuk pembelajaran daring bagi guru, dosen, siswa, dan murid,  tapi sayang, dari sekian puluh gigabit kuota internet tersebut,  hanya 5 gigabit yang bisa digunakan dan dimanfaatkan.  Sisanya hanya bisa digunakan untuk membuka platform-platform pendidikan tertentu semacam bimbingan belajar online yang berbayar (saudara pembaca tahu platform-platform apa yang saya maksud). Masyarakat ekonomi rendah, mana mampu untuk mendaftarkan anak-anaknya dan berlangganan platform-platform bimbingan belajar online seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun