Mohon tunggu...
Rudi Mulyatiningsih
Rudi Mulyatiningsih Mohon Tunggu... -

Guru BK , Training Motivator,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Menghamburkan Uang Negara

4 November 2013   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:36 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekolah Menghabiskan Uang Negara

Oleh. Rudi Mulyatiningsih

Negara dalam hal ini pemerintah sangat peduli dan telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, termasuk untuk pembayaran listrik, telepon, dan air. Dana tersebut diajukan sekolah sesuai dengan perkiraan kebutuhan.

Namun banyak kasus, dana yang diajukan sekolah untuk listrik, telepon, dan air sekolah, jauh dari cukup dan lebih besar dari batas maksimal aturan pemerintah.Artinya, sekolah harus mencari tambahan biaya.

Pada tahun 2009, di Jakarta, sebanyak 178 SMA dan SMK menunggak pembayaran listrik dengan total tunggakan selama 6 bulan sebesar Rp 6,17 miliar. Rata-rata tagihan listrik sekolah negeri di Jakarta mencapai Rp 7-8 juta (http://fokus.news.viva.co.id/news). Dana sebanyak itu hanya untuk 178 sekolah. Bisa dibayangkan, betapa besar anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk keperluan listrik, air, untuk semuasekolahdi Indonesia?

Akhir-akhir ini, masalah tagihan listrik banyak dihadapi sekolah eks RSBI yang nilainya sangat besar. Dalam satu bulan, rata – rata biaya listrik yang harus dibayar mencapai Rp 10 juta untuk masing – masing sekolah.

Sebenarnya, tingginya biaya listrik di sekolah bukan tanpa alasan. Sekolah menjalankan sistem pembelajaran multimedia yang memakai banyak alat elektronik, misalnya laptop, LCD, Air Condosioner (AC), lampu, air, dan alat elektronik lainnya adalah dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang bermutu.

Namun, besarnya biaya listrik dan air dapat juga disebabkan oleh perilaku boros energi. Mereka membiarkan lampu menyala di siang hari atau menyala pada malam hari di ruang kelas yang sudah tak ada kegiatan pembelajaran, tidak mematikan air ketika bak sudah penuh, kipas angin atau AC tetap menyala sepanjang malam padahal ruangan sudah tidak berpenghuni, dan tidak mematikan komputer saat tidak dipakai.

Bisa dibayangkan, jika semua warga sekolah berperilaku boros energi. Mereka tidak saja menghamburkan uang negara, tetapi juga turut mempercepat habisnya energi.

Kita patut prihatin karena Indonesia mulai menghadapi krisis energi. Cadangan energi yang ada di bumi Indonesia tak lagi melimpah atau terbatas.Sumber daya fosil seperti minyak bumi tergolong tak terbarukan, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, pasti akan habis. Bahkan cadangan minyak bumi tinggal untuk beberapa tahun lagi.

Menteri ESDM Jero Wacik mengaku gelisah terkait makin menipisnya energi, sehingga perlu dilakukan langkah cepat mengantisipasi ancaman krisis energi di Tanah Air ( Orasi ilmiah di Kampus Universitas Udayana, di Bukit Ungasan Badung Bali, Minggu, 29/9/2013).

Oleh sebab itu, perilaku boros energi di sekolah tak dapat dibiarkan. Perlu ada perubahan perilaku semua warga sekolah. Sekolah harus dapat bertindak arif dan cerdas, bagaimana menyelenggarakan pembelajaran bermutu menggunakan alat-alat elektronik tetapi tidak menghabiskan uang negara.Sebab, jika kondisi tersebut diabaikan, kemungkinan besar anak keturunan tidak dapat lagi menikmati kekayaan negeri tercinta ini.

Program Unggulan Hemat Energi

Untuk menurunkan biaya penggunaan listrik dan air di sekolah, saya memiliki gagasan tentang program unggulan hemat energi. Menjadikan sekolah sebagai pionir gerakan hemat energi merupakan strategi efektif dengan asumsi jika saat ini anak SD/MI, SMP/Mts, dan SMA/SMK/MA di seluruh Indonesia berjumlah puluhan juta, jika diajak melakukan penghematan energi dampaknya cukup besar. Belum lagi ditambah dengan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya.

Program unggulan hemat energi perlu didukung manajemen tangguh yang memberdayakan semua stake holder, yaitu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan,siswa, dan orang tua. Salah satu manajemen yang dapat diterapkan adalah manajemen POAC, yang meliputi Planning, Organizing, Actuating, dan Controling.

Planning (perencanaan),merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan hemat energi.

Kegiatan perencanaan dimulai dari perumusan visi dan misi sekolah yang menunjukkan kepedulian hemat energi. Visi dan misi tersebut akan menjadi rujukan bagi semua komponen sekolah dalam melaksanakan kegiatan yang bermuara pada terwujudnya sekolah bermutu yang salah satu indikatornya adalah hemat energi.

Organizing (pengorganisasian ), merupakan suatukegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada di sekolah untuk bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan sekolah hemat energi. Semua personil di sekolah harus diberdayakan sesuai peran dan tugasnya, mulai dari urusan, wali kelas, guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, siswa, dan komite, dengan menyusun program yang mendukung hemat energi.

Urusan kesiswaan dapat memberdayakan siswa dari masing-masing kelas sebagi petugas patroli listrik. Mereka bekerja mengontrol kelasnya tiap pagi, istirahat dan siang menjelang pulang sekolah.Jika semua alat elektronik, lampu, AC, sudah dimatika, merekaberdiri di depan kelas sambil membawa bendera, yang bertuliskan kelas kami sudah hemat energi.

Sekolah dapat juga membentuk kader hemat energi yang bertugas memberi informasi motivasi, dan tips tentang hemat energi kepada teman-temannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung dapat dilakukan dengan ceramah atau talk show pada jam pembiasaan, dan tidak langsung melalui poster dan majalah dinding bertema hemat energi.

Urusan sarana dan prasana dapat menyusun program dengan membuat desain perencanaan gedung yang hemat energi. Misalnya, pencahayaan yang baik dengan cukup ventilasi sehingga mengurangi penggunaan lampu di siang hari, mempergunakan bahan atap bangunan yang dapat mendinginkan suhu di dalam ruangan seperti atap berbahan tanah atau keramik, menaruh tanaman hias di dalam ruang untuk menyejukkan udara, dan menggunakan lampu hemat energi misalnya lampu neon yang lebih bersifat hemat energi daripada lampu bohlam.

Untuk mensukseskan program hemat energi tersebut, sekolah juga perlu menyusun tata tertib penggunaan alat elektronik , dan ditempatkan di semua ruangan.

Bagaimana dengan peran guru? Dalam rangka mensukseskan program hemat energi di sekolah guru dapat mengintegrasikan ke dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Bukti nyata dukungan tersebut adalah adanya rencana pembelajaran yang bermuatan hemat energi.

Ide kreatif lainnya, sekolah dapat memberlakukan program hari tanpa minyak. Misalnya, setiap jumat ke sekolah tanpa kendaraan bermotor, baik guru maupun siswa, dan pembelajaran tanpa media elektronik melainkan memanfaatkan lingkungan sekitar, misalnya outdoor learning.

Agar lebih sukses, program hemat energi perlu disosialisasikan kepada orang tua siswa pada saat rapat komite atau penerimaan hasil belajar. Harapannya, orang tua akan menindaklanjuti program tersebut di lingkungan rumah masing-masing.

Actuating (pelaksanaan) merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen sekolah bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan sekolah hemat energi.

Kemudian, pengawasan (controlling) merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan  hasil yang efektif dan efisien serta bernilai dan berhasil guna mewujudkan sekolah hemat energi.

Keberhasilan program unggulan hemat energi adalah turunnya angka meter listrik dan air pada rekening, yang secara otomatis menurunkan biaya.

Program unggulan hemat energi di sekolah sangat efektif. Jika semua sekolah di Indonesia melakukan program tersebut dan berhasil menurunkan angka meter pada rekening air dan listrik, maka dana operasional yang sudah digulirkan pemerintah kepada sekolah, tentu tidak akan kurang, bahkan lebih, dan dikembalikan kepada kas negara.

Dengan demikian, jika ada pernyataan bahwa sekolah menghamburkan uang negara, dapat dijawab dengan tegas dengan katatidak.

Akhirnya melalui tulisan ini saya mengajak kepada seluruh sekolah untuk menyusun program unggulan hemat energi sesuai dengan kondisi masing-masing.

Rudi Mulyatiningsih, M.Pd

Guru BK dan Kepala SMP N 3 Karangreja-Purbalingga-Jawa Tengah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun