Mohon tunggu...
Rudi Haryono
Rudi Haryono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) - Mahasiswa S3 Linguistik Terapan Bahasa Inggris Unika Atma Jaya Jakarta

Educator, Sociopreneur, Youth Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Lailatul Qadr: Quantum Masa dan Nilai Ibadah

3 Mei 2021   23:54 Diperbarui: 4 Mei 2021   00:24 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Adakah manusia yang mampu beribadah dalam ekuivalensi waktu selama 83, 3 tahun lamanya! Dan ibadah tersebut dilaksanakan dalam hitungan malam-malam saja? Jawabannya ada di bulan suci Ramadhan ini. Ya, momentum malam Lailatul Qadr-lah tepatnya. Sebagaimana diabadikan dan dicatat dalam surat Al Qadr dengan lengkap ayat 1-5. Allah swt dengan tegas mengatakan bahwa ada masa tepatnnya malam-malam yang ketika disi dengan ibadah, pendekatan kepada Allah swt, tidak bermaksiat dan dengan penuh kekhusyuan dimanfaatkan beribadah kepada Allah swt maka manusia tersebut telah melaksanakan kebaikan atau ibadah sama dengan 1000 bulan! Sebuah tawaran quantum pahala kebaikan yang Allah tawarkan kepada hamba-Nya yang meyakini akan keutamaan malam Lailatul Qadr dengan mengisi malam-malam terakhirnya dengan banyak terjaga dalam doa baik di dalam kondisi apapun. Dalam terjaganya di waktu malam dengan melakukan banyak berdoa dan melakukan aktifitas dizikir, tafakur, membaca Al Quran, ditambah dengan penghayatan dan merenungkan ayat-ayat-Nya dengan penuh kekhusyuan. 

Allah swt adalah dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang (Ar Rahman Ar Rahiim). Dua sifatnya harus kita maknai sebagai sebuah optimisme bahwa betapa pun banyak dosa dan kemaksiatan  yang kita lakukan jangan membuat kita putus asa untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan penghambaan terhadap-Nya sebagai mahluk. Di malam-malam terakhir Ramadhan, kita harus berupaya untuk terus terjaga, bertaubat kepada-Nya dengan penuh kesungguhan seolah-olah kita akan mati besok. Bahkan sebisa mungkin sampai kepada menjatuhkan air mata penyesalan atas dosa, air mata pengakuan dan keinsafan akan banyak kesalahan selama hidup dan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan. Air mata yang jatuh karena motif kerinduan akan kondisi fithrah (suci) kembali, tanpa dosa. 

Menjemput Lailatul Qadr

Mereka yang berharap akan mendapatkan kemulyaan dan keutamaan malam Lailatul Qadr terus berusaha terjaga pada malam-malam akhir Ramaddhan, dengan melakukan "begadang", dengan tadarrus Al Quran dan dzikir kepada-Nya. Tak peduli dengan tanda-tanda alam yang dialamatkan kepada datangnya malam Lailatul Qadr. Mereka hanya butuh ketenangan hidup, kekhusyuan dalam desah doa dan pengharapan dalam interaksi personal munajat doa untuk dapat melanjutkan kehidupan dalam sisa umurnya untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam pandangan Tuhan dan manusia. Semakin bijak dan peka dalam memandang kehidupan, tidak rakus akan dunia, tidak gundah gulana dengan musibah kehidupan, dan selalu optimis akan balasan pahala dari Allah swt. Janji Allah swt tentang keutamaan malam Lailatul Qadr hanya akan dapat memikat mereka yang yakin akn janji Allah swt dan sudah dalam level memaknai kehidupan dalam level abstrak, bukan kongkrit. Siapakah mereka yang rela mau mau terjaga di malam hari, meninggalkan tempat tidur dan "hiburan" dunia, memaksakan diri untuk begadang dengan berduaan dengan Tuhannya? Mereka yang melakukan hal tersebut tentunya adalah mereka yang yakin akan keutamaan malam Lailatul Qadr dan lebih memilih menghabiskan malam-malamnya dengan "bertransaksi" dengan Allah swt. Menukar kehidupan dan kenikmatan sesaat dunia di malam hari yang biasanya diisi dengan aktifitas tidur pulas dengan lebih memilih bermunajat dan terjaga dengan frekuensi dan radius kedekatan dengan Allah swt. Bagi mereka  malam Lailatul Qadr bukanlah malam-malam yang biasa sebagaimana malam lainnya. Malam Lailatul Qadr adalah malam spesial yang tidak bisa dihabiskan begitu saja dengan aktifitas mubah biasa, tetapi harus diisi dengan amalan sunnah atau wajib untuk "menebus" seluruh kesalahan dan dosa-dosanya sebagai hamba Allah swt, dengan harapan keutamaan nilai ibadah yang bernilai 1000 bulan. Mereka faham betul bahwa mereka mungkin tidak akan sampai ke usia 83 tahun untuk dapat beribadah kepada Allah swt, terlebih bila ada kalkulasi prosentase antara perbuatan dosa dan pahala kepada Tuhannya, manakah yang lebih berat takarannya dosa atau pahala? Lailatul Qadr adalah tawaran quantum nilai ibadah yang Allah swt berikan kepada hamba-Nya bagi yang mau. Kenapa harus malam hari? Karena malam hari adalah saat yang biasanya manusia melepas lelah dengan banyak berisirahat dengan aktifitas tidurnya, malam  hari adalah masa yang tenang dan sepi dari hingar bingar aktifitas manusia, malam hari adalah saat terbaik bagi manusia untuk berduaan (khalwat) manusia dengan Tuhannya dalam gumam dan desah doa yang penuh harap akan ampunan dna keridhoan-Nya. Semoga kita dapat memaknai dan mengamalkan ilmu kita tentang malam Lailatul Qadr dengan melakukan aktifitas doa, dzikir dan tafakur denga totalitas alam bawah sadar kita dan berdoa dengan penuh kekhusyuan kepada-Nya. Aamiin. Insya Allah. Semoga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun