Mohon tunggu...
Tubagus Adhi
Tubagus Adhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - wartawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

wartawan senior anggota PWI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Airlangga Hartarto dan Tradisi Yaqowiyu Ki Ageng Gribig

8 September 2022   14:14 Diperbarui: 8 September 2022   15:01 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airlangga Hartarto pada momen perayaan yaqowiyu tahun 2021. ((Foto: DPP Golkar).

KAMIS, 8 September 2022 ini, dimulainya tradisi Yaqowiyu tahun 2022. Awal dari rangkaian pelaksanaan tradisi sebaran apam Yaqowiyu Ki Ageng Gribig dilakukan melalui semakan atau semaan Al Quran, pembacaan ayat-ayat suci yang diperdengarkan dari masjid. Menuju ke puncak acara pada Jumat Kliwon, 16 September mendatang, ada haul, selawatan, kirab gunungan, dan kenduri seni yang diakhiri dengan andum apem yang diikuti oleh seluruh warga Jatianom, Klaten, Jawa Tengah.

Tradisi Yaqowiyu tahun 2022 ini kembali diadakan besar-besaran sebagaimana di masa normal sebelumnya. Pada dua tahun terakhi, 2020 dan 2021, Yaqowiyu digelar secara terbatas karena pandemi Covid-19. Tahun silam, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengikuti kegiatan andum apem bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta melepas distribusi kue apem menggunakan ojek online ke 32 rumah di sekitar lokasi kegiatan. Andum Apem merupakan budaya warga Jatinom tiap Bulan Sapar untuk membuat dan saling berbagi apem antar warga sekitar.

Airlangga Hartarto selalu hadir dalam perayaan Yaqowiyu mengingat ia adalah keturunan dari Ki Ageng Gribig, yang pertama kali memperkenalkan tradisi tersebut. Ki Ageng Gribig pada masanya tak hanya dikenal ulama besar di Pulau Jawa, dengan sederet keberhasilannya dakwah Islamiyah, namun juga pejuang melawan penjajahan, untuk bangsa dan Negara Indonesia.

Tidak mengherankan jika dalam setiap perayaan Yaqowiyu Airlangga Hartarto selalu bertindak sebagai tuan rumah. Apa yang dilakukan Airlangga Hartarto bersama keluarga besarnya adalah sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Ki Ageng Gribig kepada anak cucu, cicit, keluarga besar maupun seluruh masyarakat.

Tradisi sebaran apam Yaqowiyu sudah bertahan lebih dari 500 tahun, digelar setiap bulan Safa. Orang Jawa biasa menyebut Saparan. Ini adalah tradisi yang dilakukan pada setiap tanggal 15 Safar (bulan kedua dalam penanggalan Jawa), sebuah tradisi turun temurun terus dilakukan, dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Jatinom, Klaten.

Tradisi Yaqowiyu bermula dari kembalinya Ki Ageng Gribig dari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Ki Ageng Gribig yang membawa buah tangan berupa kue apem hendak dibagikan kepada saudara, murid maupun tetangga. Tapi karena tidak cukup, Ki Ageng Gribig kemudian meminta kepada keluarganya untuk dibuatkan kue apem.

Apem yang berasal dari kata affum dan artinya maaf itu kemudian disebut apem Yaqowiyu. Ciri khas Yaqowiyu adalah penyebaran kue apem, penganan khas Jawa yang bundar terbuat dari tepung beras. Apem diberikan atau disebar kepada ribuan warga yang saling memperebutkannya.

Sejak tahun 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu melakukan hal ini. Ia mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom saat itu, agar di setiap Bulan Safar, memasak sesuatu untuk disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan. Amanat inilah yang mentradisi hingga kini di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, yang kemudian dikenal dengan Yaqowiyu.

Nama yaqowiyu berasal dari penyingkatan bacaan doa bagian akhir dalam bahasa Arab sebelum apem dibagikan: yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin, yang merupakan doa memohon kekuatan.

Ribuan apem disebarkan dari panggung permanen di selatan masjid yang berlokasi di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig. Masyarakat memercayai bahwa apem tersebut membawa kesejahteraan bagi mereka yang berhasil mendapatkannya.

Tradisi itu kini menjadi sebuah festival yang menjadi unggulan dari Klaten. Tak heran jika masyarakat dari daerah sekitar, Boyolali, Solo, Yogyakarta datang ke Jatinom, Klaten untuk mengikuti festival ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun