Mohon tunggu...
Rucika GalvaniPutri
Rucika GalvaniPutri Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 - SMAN 1 PADALARANG

CIK

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bersepeda di Tengah Pandemi

22 November 2020   19:36 Diperbarui: 23 November 2020   08:46 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

 

    Di masa pandemi seperti saat ini, semua orang memiliki ketakutan yang sama akan tertular virus COVID-19 yang belum ada obatnya. Hal tersebut akhirnya memaksa semua orang untuk mengurung diri dirumah dengan harapan terjaga dan tidak tertular virus corona. Meski dirumah memberikan rasa aman dan terhindar dari penularan COVID-19, ternyata jika terlalu lama dirumah hal itu juga menimbulkan rasa bosan, apalagi jika hal itu terjadi berbulan-bulan. Oleh karena itu, masyarakat di Indonesia mulai membuat berbagai tren baru selama masa pandemi. Dilihat dari segi olahraga, tren yang sedang banyak di gemari masyarakat Indonesia, khususnya para remaja adalah bersepeda.

    Tren bersepeda saat ini sedang melanda seluruh kalangan masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Tren ini digemari karena banyak yang beranggapan bahwa bersepeda memungkinkan penggunanya untuk tidak berdekatan dengan orang lain. Anggapan tersebut sesuai dengan larangan dan aturan pemerintah tentang harus menjaga jarak satu sama lain.

    Awal mula tren bersepeda diperkirakan mulai terjadi bulan maret 2020. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya permintaan sepeda di aplikasi penjualan online (Krisdamarjati, 2020). Tidak heran jika setelah itu banyak sekali masyarakat yang mulai beraktivitas menggunakan sepeda. Tren ini juga memberikan keuntungan bagi para pengusaha sepeda.

    Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo memprediksi wabah corona bisa menjadi momentum kenaikan pasar sepeda setelah sebelumnya sempat menurun pada tiga tahun belakangan. Menurut Eko, dikutip dari Kontan.co.id (17/05/20),  faktor pendorongnya ada beberapa. Pertama, wabah corona semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga guna meningkatkan daya tahan tubuh. Kedua, animo untuk bersepeda juga dipicu semakin banyaknya konten berisi aktivitas bersepeda yang dibagikan oleh komunitas dan pegiat hobi bersepeda di sosial media.

    Dalam hal ini, olahraga bersepeda menjadi pilihan menarik sebab bermanfaat bagi kesehatan dan dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan penyebaran virus corona, caranya dengan menggunakan menggunakan masker dan menghindari kerumunan  

    Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengingatkan bahwa bersepeda di masa pandemi juga harus menerapkan perilaku pencegahan virus, seperti menggunakan masker, menjaga jarak 1,5 meter, dan mencuci tangan. "Selama itu dipatuhi tentu akan mengurangi kemungkinan paparan virus," kata Dicky saat dihubungi, (1/06/2020). Selain itu, dia juga mengimbau warga agar bersepeda hanya untuk area dengan tujuan dekat.

    Akhirnya media massa mulai dipenuhi berita tentang maraknya tren bersepeda, ada yang tidak terlalu suka karena virus corona belum terusir dari bumi, tetapi masyarakatnya malah menambah kasusnya dan bukti wabahnya tidak bisa dianggap remeh. Apalagi penyebaran virus ini dapat dilakukan melalui udara dan lingkungan yang tidak steril.

    Lain hal, jika dialami bagi penikmat pesepeda, lama tak gowes bikin dengkul gatel. Apalagi sudah beberapa bulan WFH (Working From Home) atau bagi siswa yang melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), pasti kerja dan belajar di rumah bikin jenuh tetapi di satu sisi tubuh harus tetap fit. Sehingga akhir-akhir ini, dalam sehari jumlah pesepeda yang berlalu lintas di Jakarta meningkat hingga 1.000%.

    Dosen Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Rustamadji membeberkan berolahraga pada saat pandemi Corona tidak dilarang. Namun, ada protokol kesehatan yang harus dijalankan. "Masker yang dipakai, kain tiga lapis itu idealnya. Tapi itu tidak bisa diterapkan untuk olahraga dengan intensitas berat, sehingga olahraganya jangan berat. Bersepeda untuk happy, jangan lupa jaga jarak antar sepeda, bawa air minum sendiri agar tidak mampir ke warung dan pilih jalan yang sepi untuk meminimalisir kemungkinan bertemu orang banyak." sarannya.

    Selain itu, Dokter Umum dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr Muliadi Limanjaya, menyampaikan bahwa "Patuhi protokol kesehatan menjadi kunci utama agar bersepeda tetap aman dan memberikan manfaat yang baik untuk tubuh," kata Muliadi. Sehingga berolahraga termasuk bersepeda di masa pandemi ini memang butuh persiapan lebih, karena berbeda dengan masa sebelumnya yang tidak ada pandemi Covid-19.

    Kembali lagi, jadi sebenarnya bolehkah bersepeda di tengah pandemi? Jika melihat dari sisi bahayanya bersepeda rentan meningkatkan penyebaran COVID-19. Hal tersebut terjadi lantaran kurang patuhnya para pesepeda terhadap protokol kesehatan ketika di jalan raya, namun disisi lain bersepeda memberikan banyak manfaat positif di tengah pandemi seperti menjaga kebugaran dan menjadi hiburan di luar rumah sembari menghirup udara segar, tetapi harus selalu mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah juga harus bisa mengontrol jumlah pesepeda di lalu lintas, dengan cara membuat jalur sepeda lebih panjang di jalan yang sering dilalui para pesepada.

 

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun