Mohon tunggu...
Rucika GalvaniPutri
Rucika GalvaniPutri Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 - SMAN 1 PADALARANG

CIK

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kepercayaan Mengantarkan Petaka

12 November 2020   21:36 Diperbarui: 12 November 2020   22:05 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        

    

            Aku Rucika Galvani Putri yang biasa dipanggil Cika, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Sama seperti anak-anak seusia lainnya yang sering bermain bersama teman-teman di sekolah, berlari ke sana kemari sampai mengelilingi sekolah dengan mengikuti irama hati mengejar kesenangan dan masih lucu-lucunya memakai benda-benda kecil bersinar sebagai hiasan yang menempel jari-jari tangan ataupun yang menempel di leher apalagi memakai aksesoris yang berwarna-warni sehingga terlihat indah karena saat itu belum memakai kerudung.

            Tepat di pagi hari yang cerah, tidak ada satupun awan hitam yang menutupi indahnya pancaran sinar matahari. Dan udara sejuk yang mendukung suasana pagi itu. Seperti biasa ayahku mengantarkan aku sekolah menggunakan kuda besinya sedangkan ibuku di rumah harus mengurus adikku yang masih bayi dan pekerjaan rumah lainnya. Hari itu sekitar seminggu aku baru duduk di bangku kelas 2, dengan suasana hati yang gembira aku sampai di sekolah sebelum kelintingan berbunyi. Waktu kosong sebelum masuk kelas itu biasanya aku gunakan untuk berbincang dan bercanda tawa bersama teman-teman di lapangan sekolah.

            Setelah asyik bebincang, Aku, Inez, Vira dan Rasya berdiskusi membicarakan permainan yang seru karena saat itu kebetulan kelasku sedang dipakai rapat mendadak oleh guru, jadi semua anak kelas 2 di bebaskan untuk bermain dahulu. Setelah berdiskusi, akhirnya kita memutuskan untuk bermain ampar-ampar pisang dengan dibagi dua kelompok, aku bermain dengan Inez dan Vira bermain dengan Rasya. Kami pun bermain dengan lincah sambil bernyanyi "Ampar-ampar pisang, pisangku belum masak, masak sebigi di hurung bari-bari."

            Saat sedang bermain dengan gembira di lapang sekolah, aku merasa ada seorang ibu dari depan kelasku yang sedang melihat aku. Awalnya aku tidak menganggap tatapan mata ibu itu, tetapi lama kelamaan ibu itu selalu memperhatikanku, aku mencoba menghiraukan tatapan mata ibu tersebut dan hanya berpikiran "Ah, mungkin ibu itu sedang melihat orang lain."

            Tak lama kemudian, Bu Ela, guru wali kelasku memanggil semua murid kelas 2 untuk masuk ke dalam kelas karena rapatnya sudah selesai. Aku dan temanku langsung berlari ke arah kelas. Sebelum masuk, semua murid kelas 2 membuat barisan di depan kelas yang dipimpin oleh ketua kelas supaya masuk ke dalam kelas dengan tertib. Tetapi saat aku sedang berbaris, ibu yang sedari tadi memperhatikan aku tiba-tiba ada di depan mataku memasang muka manis dan memanggilku "Uci." Mendengar perkataan itu, aku hanya diam seperti pikat kehilangan mata karena tidak pernah ada yang memanggilku dengan sebutan Uci.

            "Uci, ibu ingin berbicara sesuatu, tetapi tadi ibu lihat kamu sedang bermain bersama teman-temanmu di lapangan".

            "Ada apa bu? Ibu siapa ya?"

            "Ibu teman mama kamu, ayo ikut ibu sebentar ke depan kelas sana."

            Akhirnya aku meminta ijin kepada Bu Ela untuk keluar dari barisan. Setelah sampai di ujung kelas, ibu itu mengatakan bahwa " Mama kamu menyuruh ibu  mengambil kalungmu untuk ditukar dengan kalung yang baru, sekarang mama kamu ada di gerbang bawah sekolah." Mendengar hal itu, aku sebagai anak yang polos merasa diberi kesenangan dunia karena akan mempunyai kalung baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun