Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Pintu Cokelat Gelap Itu

1 Oktober 2018   23:23 Diperbarui: 1 Oktober 2018   23:25 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://unsplash.com/photos/NVc5po_BEHI oleh. Clem Onojeghuo

"Apa pun yang terjadi, jangan pernah membuka pintu itu. "

Ani mengangguk ketika Pak Armand, pemilik rumah besar, tua dan berlantai dua di daerah pinggiran kota yang tenang itu memperingatkan. Itu adalah hari pertamanya bekerja sebagai pengurus rumah tangga untuk novelis horor berusia 40-an itu. Pria jangkung dan tampak rapi karena bercukur itu mengantarnya berkeliling melihat seisi rumah sebelum dia memulai pekerjaannya.

"Ada pertanyaan?"

"Belum, Pak." Ani menggelengkan kepalanya. Pak Armand mengangguk dan tersenyum puas. Kemudian mereka berdua kembali ke lantai pertama. Dia mengambil tas laptopnya saat dia berjalan ke pintu ganda depan.

"Saya akan pergi ke perusahaan penerbitan sampai sekitar empat atau lima hari ini," Pak Armand memberi tahu Ani. "Kamu bisa mulai bekerja kapan pun kamu mau. Ada makanan di kulkas. Kamu bisa memasak dan menonton TV. Pastikan saja rumah ini tetap bersih. Selain itu, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu suka."

"Baiklah, Pak. Terima kasih." Ani mengawasi pintu depan ganda dengan saksama. Dia mengamati sekeliling rumah dengan gugup dan menelan ludah.

Dia sendirian sekarang, di rumah yang sangat aneh. Sepanjang hari. Menyeramkan.

Sambil mendesah, Ani mulai bekerja. Dia mengambil sapunya ke lantai dua. Saat dia menyapu lantai, dia melewati pintu cokelat kayu besar itu. Pak Armand telah melarangnya agar tidak memasuki kamar itu. Beliau tidak menyebutkan alasannya; Ani lupa bertanya. Tampaknya Pak Armand benar-benar bersikeras hanya soal aturan itu.

"Lalalala ..."

Ani merinding. Dia baru saja mendengarnya. Suara yang tipis, sedikit bernada tinggi, bernyanyi. Dia berbalik. Tatapannya beralih ke pintu itu.

Tidak. Itu tidak nyata. Dia pasti baru saja membayangkannya. Tidak heran, karena tempat ini membuatnya merinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun