Mohon tunggu...
Cahya Nugraha
Cahya Nugraha Mohon Tunggu... Human Resources - Suka naik gunung, camping, jalan-jalan, makan-makan. @rubikomugglo

Baru menjelajahi 18 dari 17.000 pulau di Indonesia. Blog: rubikomugglo.weebly.com Twitter: @rubikomugglo Instagram: rubikomugglo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sate Klathak Pak Pong, Sederhana Namun Istimewa

5 November 2016   09:23 Diperbarui: 5 November 2016   09:33 3702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ukuran Sate Klathak lebih besar daripada sate biasa (dokumentasi pribadi)

Salah satu kuliner legendaris yang tidak boleh dilewatkan kalau mampir ke Jogja adalah Sate Klathak. Sekarang ini, sudah banyak pedagang menjual Sate Klathak, tetapi salah satu warung sate klathak yang paling terkenal adalah Sate Klathak Pak Pong. Warung ini berlokasi di Jl Stadion Sultan Agung, kalau dari Jalan Imogiri Timur, terus saja sampai kilometer 7, lalu setelah sampai di perempatan Pasar Jejeran, ambil ke arah barat, kira kira jalan sekitar 500m dari perempatan tadi, warung ini terletak di sebelah kanan jalan. Kita langsung bisa melihat orang membakar sate di pinggir jalan, kepulan asap harum menyebar kemana-mana.

Ketika mendengar kata Sate Klathak, jangan bayangkan daging kambing dengan siraman sambal kecap seperti sate kebanyakan. Sate Klathak sangatlah berbeda, sangat unik. Sate Klathak terbuat dari daging kambing muda dipotong lalu ditusuk dengan ruji sepeda motor. Iya, kalian gak salah membaca. Ruji motor yang terbuat dari besi itu. Penggunaan ruji ini dipercaya bisa mengantarkan panas lebih baik, sehingga daging bisa matang secara merata, luar dan dalam. Bumbu yang digunakan dalam membakarnya juga sangat sederhana, hanya garam dan merica. Kesederhanaan ini membuat rasa dagingnya muncul, sehingga rasa gurih alami sangat terasa, ditambah dengan keempukan daging kambing muda. Sempurna !

Warung Sate Pak Pong tidak hanya menjual Sate Klathak, menu lain juga banyak tersedia, seperti tengkleng, tongseng, nasi goreng yang tentunya semua terbuat dari daging kambing. Kami malam itu juga njajal tongsengnya, daging kambing diberi kuah berbumbu yang kaya akan rempah, dimasak sebentar sehingga sedikit asat dan bumbu meresap, ditambah potongan kubis. Saya mendapat saran dari teman saya kalau kesini harap mencoba kicik. Kicik bentuknya hampir sama dengan tongseng tetapi dengan kuah lebih sedikit, sehingga bumbu lebih meresap ke daging, tetapi pada saat saya kesana tidak sempat memesan itu, saya lagi ngidam Sate Klathak.

Beberapa menit kami menunggu, pesanan kami pun datang. Seporsi Sate Klathak terdiri dari dua tusuk sate dan kuah gulai. Pesanlah juga nasi panas dan teh panas gula batu, Sate Klathak memang paling cocok ditemani dengan dua hal itu. Cara memakannya juga cukup sederhana, tuangkan kuah gulai keatas nasi panas, lalu makan nasi panas dan satenya. Dagingnya sangat empuk, tidak prengus terasa gurih, bumbu yang sangat minimalis membuat rasa dagingnya menjadi highlight dari panganan ini. Ukuran dagingnya juga cukup besar, makan 2 tusuk saja sudah membuat perut kenyang. Teh panas gula batu dalam wadah blirik menambah syahdunya menyantap sate klathak. Kalau boleh menyarankan, datanglah kesini pada malam hari dan ajaklah teman-teman anda, suasananya terasa sangat nyaman, lesehan atau duduk sama saja, everything just feels so right. Nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun