Mohon tunggu...
Rubaida Rose
Rubaida Rose Mohon Tunggu... Guru - Teacher

No time without sharing and growing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

BUKAN JELAPANG NAN RAPUH

28 Januari 2021   22:16 Diperbarui: 29 Januari 2021   21:55 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lelah aku Mas, baru pulang dari kantor terus kerja lagi."
"Mau gimana lagi Bu, mau tak mau kita harus kerja keras."
"Aku butuh istirahat Mas."
"Kalau begitu tutup aja kedainya!, seharusnya Ibu tau kalau kedai ini satu-satunya sumber ekonomi kita!."
"Lah, Mas sendiri mau kemana? Setiap kali aku nyampe rumah banyak alasan mau ini itu."
"Ya udah!, terserah!, aku pamit dulu mau olah raga."
"Tapi Mas?"

Mas Irwan langsung melaju dengan kendaraan Nmax.  Kendaran yang tempo itu dibeli dari uang tunjangan profesi bu Kunik Puspa sebelum terlilit utang. Tak ada yang bisa membendung  hobinya Mas Irwan, biasanya main futsal sampai larut malam. Sementara bu  Kunik Puspa sudah seharian tak ada istirahat. Lanjut lagi menjaga kedai harian. Ditambah jual bakso goreng dan wedang jahe hangat.

Dia tak menyianyiakan waktu sembari menunggu suaminya  pulang. Pagi hari Dia harus berangkat ke Sekolah Dasar kampung Bunga Tanjung untuk menunaikan kewajibannya sebagai guru. Dia sebenarnya PNS yang harusnya hidup senang namun  semua gajinya terkuras untuk bayar tagihan hutang suaminya mulai dari  menggadai SK PNS miliknya selama 20 tahun dan mencicil kredit macet usaha kolam ikan 3 tahun yang lalu dengan uang tunjangan profesi hasil kerja kerasnya.

Harapan satu-satunya adalah kedai harian miliknya yang kembang kempis. Kadang  dagangannya habis namun uang yang ada juga habis. Hal ini karena uang tersebut dipakai untuk membiayai hidup dan 7 orang anaknya yang masih sekolah. Terkadang Dia lupa rasanya bersantai. Dia harus membuang rasa lelah itu demi anak-anak nya.

"Ya Allah, tahun ini aku berniat umroh. Berikanlah ridhoMu ya Rabb. Semoga ada jalan menuju baitullah, semoga Covid-19 lekas sirna."

Terkadang Bu Kunik  Puspa, S.Pd. tersenyum-senyum sendiri mengingat mimpi besarnya. Di lain suasana Dia juga memiliki mimpi besar lainnya.

"Ya Allah, semoga tahun 2021 rumah masa depanku terwujud juga. Rumah  sederhana ini berubah jadi mewah dan nyaman didiami. Ada AC dan di garasiku ada mobil Pajero untuk pulang kampung. Sedan mungil Toyota untuk ke kantor."

Bu Kunik Puspa tak berhenti bermimpi besar. Meskipun dia tau cicilan di bank masih menunggu 15 tahun lagi baru lunas. Lamunan Bu Kunik Puspa buyar seketika.

"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam Mas, sudah pulang."
"Sudah Bu, lelah sekali Bu. Lawan mainku kuat Bu."
"Iya Mas, mandi dulu dan istirahat. Sekarang udah pukul 23.45 menit. Ibu mau menutup kedai dulu setelah tamu yang lagi minum wedang jahe pulang semua."
"Iya Bu, aku tak bisa bantu lelah sekali Bu."

Rutinitas yang dilakukan Bu Kunik luar biasa banyak.Badannya sudah terlihat kurusan. Mau tak mau dia harus menjalani semua ini. Suaminya yang pengangguran sejak lama hanya bisa membantu sampai Dia pulang kantor. Selanjutnya Bu Kunik Puspa  yang meladeni pembeli untuk semua urusan kedai.

Semangat Bu Kunik  Puspa seperti ombak di lautan yang tak pernah lelah menerjang kerasnya batu karang. Dia selalu bersyukur karena selalu dalam keadaan sehat dan bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun