Mohon tunggu...
Sulistiyo Kadam
Sulistiyo Kadam Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati ekonomi, interaksi manusia, dan kebijakan publik

Kumpulan Kata dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-Jalan Hemat ke Hong Kong (Macau, Symphony of Light, Nathan Road)

12 Juni 2011   09:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 10417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

#3 : Macau, Symphony of Light, Nathan Road

 

Perjalanan hari ini dimulai jam 7.20 pagi (waktu Hong Kong) dari rencana semula jam 7.00. Destination : Macau!! Untuk ke sana, kami harus naik ferry dari Park Island ke  Central (Hong Kong Island) kemudian lanjut dengan ferry ke Macau. Terkesan ribet ya? Tapi jangan salah, naik ferry di Hong Kong terasa seperti naik busway tanpa macet. Bahkan jika dibandingkan dengan naik MTR seperti nggak ada bedanya kecuali MTR lewat darat sementara ferry lewat laut.

 

Sebelum ke terminal ferry kami menyempatkan untuk berfoto di sekitar Noah's Ark Resort. Kebetulan cuaca sedang cerah, sehingga suasana pagi di Park Island (Ma Wan) terlihat sangat menawan. Begitu keluar dari Noah's Ark Resort, di sebelah kanan jalan terhampar pantai berpasir putih sementara di sebelah kiri jalan berjajar bangunan komersial yang kebanyakan adalah kafe. Di pantai yang tidak terlalu panjang itu tampak beberapa orang sedang berenang dan berjemur. Kebanyakan para orang tua. Mungkin karena saat itu hari Jumat sehingga pengunjung berusia muda tidak terlihat karena pergi bekerja.

 

 

Dan benar saja beberapa saat berjalan kaki, terlihat banyak orang bergegas dengan pakaian rapi keluar dari kompleks apartemen menuju terminal ferry. Namun di antara kerumunan orang-orang tersebut, tampak beberapa orang (yang lagi-lagi para orang tua) berjalan santai sambil menuntun anjing mereka. Di sisi lainnya beberapa orang sedang melakukan gerakan senam ala Taichi di bawah pepohonan yang teduh. Mengesankan. Orang-orang ini menjalani hidup yang berkualitas dengan cara mereka.

 

Setelah berjalan kira-kira 15 menit, akhirnya kami sampai di terminal ferry. Terminal ini melayani penghuni dan pengunjung Park Island menuju Central (Hong Kong Island) dan Tsuen Wan (wilayah New Territory). Terlihat kerumunan orang ke Central lebih padat. Ferry ke Central dijadwalkan berangkat setiap 15 menit dengan harga tiket 22 HKD. Meskipun jumlah penumpang terlihat banyak tapi kapasitas tempat duduk masih cukup untuk mengangkut semuanya disamping karena frekuensinya yang cukup banyak dan jadwalnya yang tepat waktu. Dan jangan kuatir, kartu Octopus bisa dipakai untuk membayar ongkos tiket.

Kami berangkat jam 08.00 HK tepat sesuai jadwal. Di dalam kabin semua orang terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing dari baca koran sampai autis dengan gadget masing-masing. Kebanyakan Iphone atau Ipad. Mirip suasana di Singapore. Perjalanan dari Parks Island ke Central hanya butuh waktu 1/2 jam. Cukup untuk browsing beberapa tempat di Macau yang akan didatengi.

 

Begitu sampai di Hong Kong Ferry Terminal Pier 2, kami segera keluar dermaga dan berjalan menuju HK-Macau Ferry Terminal yang terletak di Shun Tak Center. Hanya perlu waktu 15 menit untuk mencapainya. Di sini terdapat berbagai gerai yang menjual makanan, pakaian, kosmetik, pernak-pernik sampai agen travel. Kalau mau sarapan atau makan siang tinggal mampir ke gerai-gerai makanan yang ada. Cuman pilihan makanan halal terbatas. Yang memungkinkan adalah KFC. Ada gerai Yoshinoya tapi mereka juga menyediakan menu pork.

 

 

 

Counter penjualan tiket ferry ke Macau terletak di lantai 3, 1 lantai di atas gerai KFC. Terdapat beberapa operator ferry yang melayani rute Central - Macau. Salah satunya adalah TurboJet yang kami pilih dengan pertimbangan jadwal keberangkatannya 15 menit lagi. Jadi waktu menunggu tidak terlalu lama. Harga tiket Hong Kong – Macau adalah  134 HKD sementara tiket Macau – Hong Kong Rp 142 HKD. Tiket balik ke Hong Kong lebih mahal karena jadwalnya sore hari jam 17.15.

 

Begitu masuk ferry, kami segera mencari nomor tempat duduk yang tercantum di tiket. Tidak seperti ferry Park Island - Central, tempat duduk di ferry Hong Kong - Macau telah ditentukan pada saat masuk kapal. Selanjutnya nikmatilah perjalanan ke Macau selama 1 jam. Dan kalau masih bingung menentukan tujuan di Macau, saat di ferry inilah kita bisa berpikir ulang. Syaratnya punya referensi dan kalau bisa "Peta Macau". Beruntung sekali XL memberikan layanan Blackberry gratis selama 3 hari pertama, jadi sambil dibuai ombak kami dapat googling dengan lebih menyenangkan dan melegakan hahaha. Apalagi akses Blackberry di Hongkong / Macau terasa lebih cepat dibandingkan di Indonesia.   

 

 

Begitu sampai di dermaga Macau, kami segera menuju ruang imigrasi. Ternyata proses imigrasi berlangsung singkat hanya sekitar 15 menit. Dan tentu saja tidak perlu visa untuk masuk ke Macau sama seperti Hong Kong. Selesai proses imigrasi kami berjalan keluar ke arah terminal shuttle bus. Saat itulah, seorang perempuan muda mendatangi kami dan memberikan peta Macau tanpa diminta. Ternyata dia menawarkan paket tur selama 1 jam berkeliling Macau. Biayanya sekitar Rp 100 ribu per orang. Karena sudah punya tujuan sendiri, penawaran itu kami tolak. Dengan sopan dia berusaha membujuk kami dengan memberikan penawaran waktu yang lebih lama yaitu 3 jam dengan biaya yang sama. “Thank you Ms but we have our own itineraries”. Mungkin karena telah terbiasa dengan jawaban itu dia tetap tersenyum ramah, "It's okay, welcome to Macau, have a nice trip". 

 

 

Di luar terminal berjejer petugas hotel memegang papan nama hotel sambil membagikan brosur masing-masing. Dan mungkin karena tingkat persaingan yang tinggi, masing-masing hotel telah menyiapkan free shuttle bus. Jangan membayangkan shuttle bus itu hanya menjemput tamu yang akan menginap saja karena rata-rata hotel tersebut menyediakan casino. Jadi bukan hanya untuk tamu yang menginap tetapi juga untuk pengunjung casino.

 

Tentu saja pilihan ikut shuttle bus mana akan tergantung tujuan. Kalau kita mau menginap di salah satu hotel tersebut tentu menentukannya tidak sulit. Tapi kalau mungkin berencana menginap tapi bukan di salah satu hotel tersebut berarti harus mencari lokasi yang terdekat. Kalau untuk kami yang tidak menginap dan tujuannya adalah Senado Square maka pilihannya adalah Grand Lesboa Hotel. Saran kami kalau tidak menginap tapi punya waktu sampai malam dan tidak nyaman dengan panas sebaiknya ke salah satu hotel yang menarik seperti Venetian Hotel. Malamnya baru ke Senado Square.

 

Setelah menunggu sekitar 10 menit, bus berangkat. Dan sepanjang perjalanan kami terkagum-kagum dengan Macau. Mungkin first impression syndrome. Jalan-jalan dan gedung-gedung yang ada di kanan kiri nampak asing, baru, sekaligus menawan bagi kami. Kata orang seperti di Eropa (na yang ini hanya lihat di TV saja J). Sedikit menyesal juga karena hanya punya waktu paling lama 8 jam untuk menjelajah Macau. Minimal seharusnya meluangkan waktu 1 hari 1 malam di Macau.

 

Shuttle bus mengantarkan para tamu langsung menuju basement yang terhubung dengan pintu samping menuju ruangan casino. Karena memang tidak berminat untuk berjudi, kami hanya melihat-lihat sebentar sambil berjalan ke lantai 3 ke arah lobby. Dan jangan mencoba untuk berfoto, dilarang keras.

 

Sampai di lantai 3 kami sempat bingung mencari jalan keluar. Biasanya pintu keluar bertuliskan EXIT. Rupanya di Macau pintu keluar bertuliskan SAIDA dilengkapi aksara Cina yang juga ditemui di Hong Kong untuk menunjukkan tanda KELUAR/EXIT.

 

Akhirnya 3 menit kemudian kami sampai di lobby hotel. Untuk menuju Senado Square kami keluar dari lobby dan mengambil jalan ke kanan. Hanya perlu waktu sekitar 20 menit berjalan kaki. Tidak akan terasa karena di sepanjang jalan akan banyak ditemui toko-toko dan bangunan-bangunan komersial unik. Banyak di antara toko-toko tersebut yang menjual produk fashion dengan harga murah, jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia. Sayangnya seorang teman gagal bertransaksi karena uang yang dipegang pecahan 500 HK sementara harga celana yang akan dia beli cuman 38 MOP. Mata uang Macau adalah Pathaca yang dilambangkan MOP. 1 MOP = 1 HKD. 

 

 

Setelah 20 menit kami sampai di Senado Square. Dan seperti di foto-foto, Senado Square terlihat menarik dan so picturesque.

 

 

 

Setelah puas berfoto-foto, kami berjalan menuju reruntuhan gereja St Paul. Kanan kiri jalan dipenuhi gerai-gerai makanan dan pakaian. Menarik untuk dijelajahi lebih lanjut sebenarnya. Tapi karena perut sudah terasa lapar, kami memutuskan untuk cari tempat makan dulu. Tapi seperti di Hongkong, ternyata mencari makanan halal di Macau lumayan susah apalagi dengan minimnya penguasaan Bahasa Inggris orang Macau.

 

Selang beberapa saat, kami melihat wajah orang Indonesia di toko HP. Seperti kami duga, dia adalah pekerja wanita dari Indonesia. Dia bilang namanya Frida, berasal dari Lampung. Sebelum bekerja di Macau, Frida ternyata pernah bekerja di Hong Kong. Total dia telah bekerja di Hong Kong dan Macau selama 7 tahun dan belum pulang selama 4 tahun terakhir. Saat kami tanya tempat makanan halal, dia bilang mending makan makanan Indonesia saja, sudah pasti halal. Akhirnya kami diajak ke Warung Barokha milik orang Indonesia asal Jawa Timur.

 

 

Tempat makan tersebut terletak di jalan selebar 2-3 meter bersebelahan dengan toko sayuran dan kelontong. Bagian bawah ditata layaknya mini market dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Banyak di antaranya produk-produk Indonesia seperti mie instan.

 

 

Pemiliknya bernama Candy dan sudah 4 tahun menjalankan usaha tersebut. Lantai 2 dijadikan tempat makan dengan 3 meja tersedia. Makanan yang dijual dipajang di lantai 1, jadi kami memesan menu dulu sebelum naik ke atas. Menunya antara lain pecel, sambal goreng, ikan, dan soto ayam. Rasanya lumayan. Dan minumannya teh kotak Sosro. Hahaha berasa di Indonesia. Apalagi di ujung ruangan dipasang TV yang memutar tembang Jawa. Berlima kami habis 200 HKD.

 

 

Sambil makan kami mengobrol dengan Frida. Menurutnya kalau di Hongkong, makanan Indonesia banyak dijual di Causeway Bay. Di tempat inilah para pekerja Indonesia suka berkumpul terutama di Victoria Park. Hmm mungkin besok perlu ditelusuri juga pikir kami.

 

 

Selesai makan kami berpisah dengan Frida dan menuju reruntuhan Gereja St. Paul. Di kanan kiri jalan banyak kios-kios menjual makanan khas Macau seperti egg tart dan kue-kue. Yang menarik untuk dicoba sepertinya Pateserrie Kok Kei. Selain ramai, aroma kue yang tercium saat kami lewat begitu kerasa. Sayangnya dia juga menjual daging-daging seperti dendeng yang kami kira pork.

 

Reruntuhan Gereja St. Paul terdapat di puncak jalan naik yang kami lalui. Di tempat ini banyak orang berfoto. Sepertinya tidak ke Macau kalau tidak mengunjungi tempat ini.

 

 

Setelah berfoto dan berbelanja sedikit oleh-oleh, jam 12.00 kami menuju Hotel Venetian. Seorang gadis penjaga counter pusat informasi turis dengan Bahasa Inggris yang sangat terbatas bilang ada shuttle bus ke Hotel Venetian. Cuman setelah dicari bus itu tak juga ketemu. Kami berniat naik bis umum sebagai gantainya tapi bingung jalur berapa yang harus dinaiki. Di peta yang kami bawa nama Hotel Venetian tidak tertera. Akhirnya kami naik taksi menuju Hotel Venetian. Dan ternyata jarak Hotel Venetian dengan Senado Square cukup jauh karena terletak di Pulau Taipa. Butuh waktu sekitar 30 menit dengan ongkos 70 MOP. Cukup murah apalagi ditanggung 4 orang.

 

 

Dan pilihan untuk datang ke hotel ini tidak salah. Selain Casino yang menjadi bisnis utama, Hotel Venetian menawarkan suasana seperti di luar ruangan dengan gedung-gedung bergaya Eropa. Langit-langit Hotel didekorasi layaknya langit biru berawan. Di lantai 3 terdapat Grand Canal dengan gaya Venesia lengkap dengan gondola. Ongkos untuk naik gondola adalah 108 MOP per orang. Untuk pengalaman selama 15 menit, kami anggap itu mahal selain karena masih banyak tempat untuk dijelajah.

 

Berfoto tentu saja wajib hukumnya. Dan untuk pecinta belanja, Hotel Ventian menawarkan banyak gerai bermerk. Untuk yang tidak terlalu mahal, Zara boleh dilirik. Kami segera berburu dengan sedikit kalap setelah tahu hargannya jauh lebih murah dibanding di Jakarta. Mungkin karena sedang SALE ya. Seorang teman bilang beda harganya dengan Zara Jakarta sekitar 40%. Dan nanti setelah kami bandingkan dengan Zara Singapore yang lagi MID YEAR SALE ternyata bedanya sampai 30%. Jadilah 2 jam itu kami habiskan untuk shopping di Zara dan beberapa gerai lainnya.

 

Jam 15.00 kami keluar dari Venetian Hotel menuju Macau Ferry Terminal. Perjalanan dari Hotel Venetian ke Ferry Macau Terminal makan waktu 30 menit. Dan meskipun kami telah membeli tiket dengan jadwal jam 17.15 rupanya boleh masuk kapal dengan jadwal yang lebih awal.

 

Kapal berangkat jam 15.45 dan sampai di Central jam 16.45. Agenda utama yang kita kejar adalah menonton Symphony of Light jam 20.00 di Avenue of Star. Jadi kami masih punya waktu sekitar 3 jam. Cukup untuk cari makan dulu. Dengan memperhitungkan derajat kehalalan, kami akhirnya pilih KFC meskipun jaminannya tidak 100%. No halal sticker actually. Semoga Tuhan mengampuni kami J. Dari segi rasa sepertinya KFC pilihan yang lumayan karena jauh lebih enak dibandingkan KFC di Indonesia. Entah apa resep rahasianya. Seorang teman bilang,”Jangan-jangan dimasak pake minyak ****”.

 

Selesai makan kami bergegas ke stasiun MTR menuju Kowloon. Sampai di Stasiun Tsim Sha Tsui masih sekitar jam 18.00 dan suasana masih terang. Kami sempatkan berfoto di sekitar Hong Kong Space Museum. Tidak jauh dari situ berdiri Hong Kong Museum of Art. Puas berfoto perjalanan lanjut ke arah Hong Kong Cultural Centre yang disebelahnya terbentang teras-teras atau geladak (promenade) untuk menikmati gedung-gedung pencakar langit yang terletak di Hong Kong Island. Gedung-gedung itulah yang jam 20.00 nanti akan menjadi "pemain" Symphony of Light. Jika berjalan ke arah kiri, pengunjung bisa berfoto-foto di Avenue of Stars yang memamerkan patung, cap tangan, dan bebeapa pernik selebritis Hong Kong yang diklaim sebagai Hollywood of Asia.

 

Jam 7 sore di Hong Kong terasa berbeda dengan jam 7 sore di Indonesia. Saat itu suasana masih cukup terang seperti masih jam 6 sore di Indonesia. Para pengunjung yang akan menonton Symphony of Lights telah memenuhi tempat duduk yang ada berupa bangku-bangku beton berkeramik. Nah kalau mau dapat view terbaik, begitu naik geladak dari arah Avenue of Stars teruslah berjalan ke arah Clock Tower. Cari tempat duduk yang terletak di lengkungan geladak. Karena terletak di tengah-tengah, pemandangan di sisi kanan dan kiri geladak dapat terlihat dua-duanya selain pemandangan ke arah Victoria Harbour yang lebih jelas.

 

Sambil menunggu Symphony of Lights kami sempatkan berfoto di geladak. Suasananya benar-benar menakjubkan. Wajar saja sepertinya semua orang berkumpul di sana saat senja. Laut yang memisahkan Hong Kong Island dengan Kowloon berseliwerkan kapa-kapal pengangkut kargo, ferry penyeberangan (First Ferry, Star Ferry dsb), dan kapal pesiar. Dan yang memukau tentu saja gedung-gedung di seberang yang terkesan sedang pemanasan sebelum pertunjukan dimulai. Saya berhayal pemandangan di Manhattan mirip dengan Hong Kong Island hahaha. Hilang semua rasa lelah karena telah berkeliling seharian.

 

Symphony of Lights adalah pertunjukan multimedia yang diklaim sebagai pertunjukan permanen cahaya dan suara terbesar di dunia. Konon pertunjukan ini telah tercatat di Guinness Book of Records. Sebelum acara dimulai dari jam 19.30, setiap 15 menit diumumkan bahwa jam 20.00 akan dimulai pertunjukan Symphony of Lights yang memadukan cahaya dan narasi. Narasi yang dimaksud adalah alunan musik yang keluar dari sound system yang dipasang di dinding setinggi setengah badan yang ada di geladak. Symphony of Lights melibatkan 40 gedung di Victoria Harbour.  Benar-benar menakjubkan. Dan saat jam 8 malam tiba, pertunjukanpun dimulai.

 

Sebagai pembuka terdengar narasi yang disampaikan dalam Bahasa Inggris dan 2 bahasa China yang saya duga Mandarin dan Kanton. Layaknya pertunjukan di ruangan, penarasi memperkenalkan gedung-gedung yang terlibat dalam pertunjukan tersebut. Saat diperkenalkan gedung tersebut menampilkan variasi cahaya yang berbeda-beda. Dari variasi cahaya yang menyorot ke langit, berkelap-kelip, berkejaran ke atas, dan variasi lain. Usai perkenalan musikpun mengalun. Perpaduan cahaya yang mencengangkanpun dimulai. Dan ternyata bukan hanya gedung-gedung di Hong Kong Island, gedung di belakang penonton pun ikut berkontribusi memberikan latar dan sorot cahaya saling silang dengan sorot lampu dari gedung di seberang. Benar-benar terpana kami dibuatnya. Tanpa sadar saya bertepuk tangan walaupun akhirnya kebingungan untuk siapa tepuk tangan itu. Andai saja gedung-gedung itu mengerti tepuk tangan saya :). Pertunjukan berlangsung selama 15 menit, tapi kesan yang diberikan nampaknya akan membekas lama. Great. Amazing. Must to see. And free. 

 

Usai Symphony of Lights kami menuju Avenue of Stars. Di dekat dermaga, seorang tukang foto menawarkan jasa berfoto dengan latar belakang Hong Kong Island. Tarifnya mulai dari 10HKD untuk foto ukuran dompet. Untuk foto dengan ukuran lebih besar, diberikan softcopy secara cuma-cuma. Kami memilih foto seukuran setengah A4 seharga 60 HKD. Selain cetak foto sebanya 2 lembar kami tentu saja dapat softcopynya. Dan yang pasti hasilnya nggak ecek-ecek. Inilah hasilnya.

 

 

Habis berfoto, kami berjalan menyusuri Avenue of Stars. Suasana terasa lebih seru karena sedang ada semacam pertunjukan dansa terbuka gitu. Penampilannya bagus. Sayang karena kita mau ke Nathan Road, pertunjukan itu hanya kami lihat sekali lewat. Di sepanjang Avenue of Stars berjejer cetakan tangan para aktor Hong Kong juga patung beberapa selebritis (seperti Bruce Lee). Avenue of star membentang lumayan panjang. Di sebelah kiri berjejer hotel dan gedung-gedung lainnya. 

 

Untuk menuju Nathan Road kami menyeberang Salisbury Road melalui jembatan. Di ujung jembatan sebelah kiri akan ditemui taman kota yang asri dan sepertinya sangat teduh kalau di siang hari. Terlihat banyak keluarga dan anak-anak bermain di sana. Tapi yang menjadi perhatian kami, mayoritas yang berkumpul adalah orang-orang dengan penampilan Timur Tengah, berkerudung dengan hidung mancung. Kami berpikir mungkin sedang ada gathering atau mungkin di dekat situ terdapat komunitas Timur Tengah.

 

Akhirnya kami sampai di Nathan Road sekitar jam 21.30. Dan memang benar kata banyak orang, jalan ini mirip Orchard Road di Singapore. Meskipun Orchard Road bagi saya terlihat lebih modern. Mungkin karena umur Nathan Road yang lebih tua dibanding Orchard Road kali ya hehehe. Di Nathan Road kami sempet berbelanja oleh-oleh dan kaos. Dan menariknya kaos di Hong Kong jauh lebih murah dibanding di Indonesia. Di Giordano misalnya, kaos kerah v yang di Indonesia harganya Rp 150 ribuan, di sana cuman Rp 50 ribu doank. Wowww gile banget. Bener juga kata orang, Hong Kong memang surga belanja.

 

Belanja oleh-oleh dan baju-baju berakhir jam 22.30. Niatnya pengen ke Ladies Market di Mongkok tapi karena kaki udah minta pulang akhirnya kita kembali ke Hong Kong Island dengan MTR dan menyeberang ke Park Island. Puas rasanya hari ini. Next Destination : Ding-Ding, Peak Tram, and Mongkok. Tidur dulu ahhhh. Zzzzzzzz,,,,,,

 

#1 : Persiapan

#2 : Keberangkatan

#4 : Ding-Ding, Peak Tram, Mongkok 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun