Mohon tunggu...
Mamik Rosita
Mamik Rosita Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Supervisor, Praktisi Pendidikan

Blok ini berisi tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibrah Maulidur Rasul bagi Guru

19 Oktober 2021   15:49 Diperbarui: 19 Oktober 2021   17:41 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena sampai saat ini kita diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menikmati udara segar setelah melewati ujian hidup bersama dengan adanya covid-19.  

Kita perlu berbahagia juga karena bisa bertemu dengan tanggal 12 Robi'ul Awal pada tahun ini, hari dimana Rasulullah SAW tercinta dilahirkan. Tepat hari ini, tanggal 19 Oktober 2021 kita memperingati hari kelahiran Rasulullah tercinta yang kita kenal dengan istilah maulid Nabi.

Ada berbagai macam cara ummat Islam memperingati hari lahir Figur yang dicintainya, masing masing daerah berlomba- lomba untuk memperingatinya dengan cara yang unik dan lain daripada yang lain. 

Ada tradisi gerbeg pohon Kersen di Mojokerto, ada tradisi Mauripee di Aceh, Sebar Udikan di Madiun, Gerbeg Maulid di Jogjakarta, tradisi Endhog- endhogan di banyuwangi serta tradisi lainnya.

Di lembaga pendidikanpun tak kalah ramai dengan peringatan maulid Nabi SAW. Ada sekolah yang memperingatinya dengan melaksanakan pengajian bertemakan maulid nabi, ada pula yang mengadakan pawai Maulid nabi, ada pula yang mengadakan istighotsah bersama dan juga membaca sholawat nabi bersama. Dan selama pandemi covid-19 kegiatan tersebut dilaksanakan dengan bervariasi teknik, ada yang tatap muka, tatap muka sebagian, virtual dan kombinasi virtual dan tatap muka. 

Berbagai peringatan tersebut menunjukkan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW. Baik yang ditunjukkan oleh kelompok masyarakat, kelompok kajian- kajian, maupun lembaga pendidikan. Namun kegiatan tersebut menurut penulis masih sekedar pada pelaksanaan tradisi yang turun temurun. Atau pelaksanaan peringatan yang bersifat normatif. Ada hal yang mestinya menjadi perhatian lebih bagi kita, terutama bagi guru- guru yang memiliki tugas mengajar dan mendidik peserta didik terkait peringatan maulid Nabi SAW ini. 

Rasulullah SAW merupakan sosok Nabi yang seharusnya menjadi panutan bagi umat Islam, juga bagi para pelajar dan generasi muda Islam. Bahkan di beberapa dalil naqli disebutkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Alqur'an, juga bahwa dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagi umatnya. "Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatun" yang artinya "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS Al-Ahzab : 21). 

Adanya dalil naqli dan bukti siroh Nabawi tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW tersebut sudah semestinya menghantarkan kita pada sebuah rasa kekaguman dan mengidolakan beliau dalam kehidupan sehari- hari. Menjadikan keteladanan yang beliau tunjukkan sebagai panutan dan Ittiba' dalam bertingkah laku serta dalam memecahkan segala permasalahan di kehidupan. 

Namun sayang sekali perasaan mengidolakan dan menjadikan beiau sebagai uswah dalam kehidupan ummat Islam tidak terjadi pada sebagian besar generasi muda kita. Terutama kalangan pelajar. Beberapa kali penulis melakukan survey saat berinteraksi dengan para pemuda- pemudi Islam. Siapakah tokoh yang menjadi idola mereka selama ini? 

Sebagian besar mereka menjawab dengan tokoh bintang film korea (yang saya tidak mengenalinya), ada pula yang menjawab dengan bintang sepak bola luar negeri, bintang sinetron, tidak ada seorangpun yang menjawab bahwa idolanya adalah Nabi Muhammad SAW. Kemudian ketika saya pancing, apakah kalian tidak mengidolakan Nabi Muhammad? Apakah kalian mengenal dekat beliau? Mereka tampak ragu menjawabnya. Yang kemudian ketika saya desak, mereka menjawab mengenalinya namun sedikit. 

Ini merupakan fenomena yang menggelitik bagi kita, terutama pendidik- pendidik di lembaga pendidikan Islam. Ternyata sebagian besar siswa kita lebih mengenal tokoh dan pemain film yang notabene bukan merupakan tokoh Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun