Ayam Lokal atau ayam bukan ras, sering pula disebut sebagai ayam kampung atau ayam sayur, yang banyak dijumpai di perdesaan, hampir setiap rumah tangga memeliharanya, di kawasan sub urban atau bahkan di area urban sering dijumpai masyarakat memelihara ayam lokal.
Hal ini karena pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan modal besar, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mampu memanfaatkan limbah rumah tangga, serta dapat diusahakan dengan tidak mengganggu aktivitas usaha lainnya.
Di masyarakat peternak unggas, kini berkembang berbagai jenis/strain ayam lokal. Ayam lokal adalah ayam yang telah lama beradaptasi dan berkembang, bahkan ada yang merupakan persilangan antar berbagai jenis. Misalnya, ayam KUB, ayam Arab, ayam Joper dan ayam Gunsi.
Sedangkan ayam asli, yang dikenal seperti Ayam Sentul, ayam Pelung dan ayam Ciparanje (di Jawa Barat), ayam Kedu (di Jawa Tengah), Ayam ayunai (Papua), Ayam Belengek (Sumatera Barat), Ayam Bali (bali), ayam bangkalan (Madura) dan sebagainya.
Selain itu masih banyak pula berkembang ayam lokal yang tidak lagi diketahui termasuk jenis/strainnya, hal ini dikarenakan DOC-nya tidak dihasilkan dari suatu indutri yang terstruktur.
Peningkatan kesejahteraan peternak
Dalam perjalanannya, kegagalan pengembangan usaha ternak ayam lokal, diduga terkait dengan arah pola kebijakan yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani, bukan pada upaya peningkatan kesejahteraan peternak.
Pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani yang selama ini telah dikuasai dengan kokoh oleh hasil produksi ayam ras. Industri ayam Ras, telah berhasil menghadirkan pangan bermutu dengan mudah, murah dan terjangkau. Namun, untuk tujuan mensejahterakan masyarakat di perdesaan, komoditi ayam lokal menjadi pilihan yang terbaik. Penyebab utamanya, karena ayam lokal diperlihara oleh sebagian besar masyarakat di perdesaan.
Pada umumnya pemeliharaan ayam lokal masih sangat sederhana, budidaya yang berkembang saat ini, bisa dibedakan menjadi 3 sistem:
Pertama sistem tradisional, yaitu kegiatannya dilakukan dengan metode turun menurun tanpa sentuhan teknologi; kedua system yang semi intensif, kegiatannya sudah ada sentuhan teknologi dan berorientasi ekonomi, namun belum sepenuhnya dan ketiga, adalah sistem pemeliharaan secara intensif, peternak telah menggunakan bisnisnya dengan teknologi dan kaidah-kaidah “beternak ayam yang baik (good farming practice)”.