Mohon tunggu...
Rahman Tunggal
Rahman Tunggal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria Suka Nulis

Rahman, pria paruh baya yang coba eksis di dunia penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menerka Kemungkinan di Balik Desah Rintih Para Tamu di Sebuah Hotel Melati

20 Juli 2018   22:57 Diperbarui: 20 Juli 2018   23:33 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan seperti biasanya aku kembali ditugaskan untuk membimbing sebuah kelompok di sebuah perdesaan di pedalaman sebuah wilayah Pantura. Entah ke berapa kalinya aku menginjakkan kaki ke wilayah itu. Biasanya aku pulang pergi dalam sehari, namun waktu itu kesibukan membuatku harus memperpanjang urusan hingga terpaksa menginap. Maka diantarlah aku ke pinggiran kota di sore itu, ke sebuah hotel kelas melati.

Sedikit merogeh kocek, maka sebuah kamar 2 bed kamar mandi di dalam pun kuncinya sudah di tangan. Selonjoran sebentar , makan snack lalu mandi  dan kemudian berbaring berharap lelah terempaskan pikiran teristirahatkan...Dalam keadaan sudah setengah tidur tiba tiba suara itu pun menyelusup masuk ke telingaku..."ooouwh....oouuwh...ooouwh" sebuah suara yang identik muncul saat aktifitas seksual dilakukan.

Suara perempuan yang aku tak tau berapa kisaran umurnya itu tak juga berhenti ... ini suara orang bersenggama ... ini suara pasangan yang beradu cinta ... Dan suara-suara desah rintih itu mengundang khayalku , mencoba mengangankan apa yang dilakukan pasangan itu . Namun , lelahnya badan sisa kerja sepanjang hari tadi membuat segala suara itu tak membangkitkan hasrat seksualku walau kemudian suara itu lalu dilengkapi dengan suara benturan dipan ranjang ke tembok kamar. " garang sekali !" ucapku dalam hati.Dan di malam itu sampai esoknya kulihat hilir mudik pasangan keluar masuk kamar hotel. Nasibku harus melihat itu gara gara dana  dinas tak cukup untuk menginap di hotel berbintang yang sepertinya takkan se vulgar ini. Aku pun tiba pada pikiran tentang keadaan para pasangan itu. "Mereka pasangan suami istri" ucapku membatin.

Mungkin mereka ingin suasana baru untuk mengeksplorasi kenikmatan seksual atau menjelajah setiap inci tubuh pasangan dengan lebih leluasa. Mungkin mereka pasangan yang tinggal bersama mertua atau hanya mengontrak sekamar hingga tak memungkinkan leluasa melepas suara buangan birahi.

"Jangan naif" ucapku lagi dalam hati, bukankah seks bebas sudahlah membiasa di masyarakat kita , maka mengapa tak menghadirkan kemungkinan lain bahwa pasangan pasangan itu adalah pasangan liar alias pasangan kumpul kebo. "Hmm..baiklah" sebagai orang yang banyak baca aku pun mencoba menerka kemungkinan kemungkinannya.

Maka terkaanku mereka adalah pasangan selingkuh yang tak merasa cukup dengan keadaan pasangannya , pasangan selingkuh yang disakiti pasangannya dan berusaha mengobati diri dengan membenamkan kemaluan ke pasangan baru, muda mudi tolol yang mendefinisikan cinta adalah petting wa penetrasi , mudi mudi yang kikuk dengan budaya ribet yang nampak enggan merestui mereka naik pelaminan dengan mudah dan berbagai kemungkinan lain.

Menjelang jam 10 pagi akupun meninggalkan hotel itu tanpa perlu memperpanjang terkaan berbagai kemungkinan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun