Mohon tunggu...
ERNA SEPTIANA
ERNA SEPTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan aktivis muda

Mahasiswa di Universitas Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fokus dengan Solusi

24 Maret 2021   11:50 Diperbarui: 24 Maret 2021   12:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi solusi. Sumber gambar: www.pixabay.com

Kemarin pagi, teman saya mengirim pesan, meminta saya untuk bergabung di grup beasiswa GNOTA, di grup tersebut admin meminta untuk menuliskan nama dan kelas, selepas itu memberitahukan bahwa nama-nama yang tercantum diminta ke sekolah pukul 10.30 esok hari dengan membawa berkas yang dibutuhkan, yakni fotocopy Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KK) orang tua dan Kartu Tanda Pelajar (KTP) Keesokan harinya, karena jadwal ujian sekolah saya satu mapel yakni matematika wajib, saya fokus ke ujian dulu, habis itu fotocopy berkas yang dibutuhkan dan membelanjakan ibu, kemudian baru berangkat ke sekolah.

Selepas ujian, saya fotocopy berkas, lalu belanja. Di toko langganan saya belanja terdapat tiga orang yang harus dilayani sebelum saya, maka saya harus mengantre. Penjualnya tidak fokus melayani pembeli, tetapi sambil bercerita sehingga saya harus menunggu. Saya sampai di rumah pukul 09.55, pukul 10.00 saya harus berangkat ke sekolah karena tidak diperbolehkan telat. Saya perhatikan ternyata KK asli saya tertinggal di toko fotocopy. Saya pun bergegas mengambil KK asli di toko fotocopy. 

Setelah saya memasukkan berkas yang diperlukan ke dalam tas, tak lupa membawa smartphone, sebelum memasukkannya ke dalam tas, saya cek dulu, barang kali ada pemberitahuan. Benar perasaan saya, ada satu berkas lagi yang diperlukan, yakni fotocopy Kartu Tanda Pelajar, maka saya akan fotocopy di toko dekat sekolah. 

Otomatis saya tidak jadi berangkat pukul 10.00, saya berangkat lewat 5 menit. Di toko fotocopy dekat sekolah, saya harus mengantre karena ada 3 anak sebelum saya yang harus dilayani. Saya terlambat 30 menit, saya memasuki ruang pukul 11.00. Namun, alhamdulillah acara belum dimulai dan masih ada bangku kosong untuk saya tempati.

Pak Amar, selaku staf karyawan TU, menjelaskan kepada kami, bahwa kami mendapatkan beasiswa dari GNOTA sebesar 1,5 juta. Kemudian, Pak Amar mempersilakan tiga bapak petugas bank Jatim untuk memandu pengisian slip kuitansi kepada kami, selepasnya langsung diberikan uang yang kurang 20 ribu untuk 1,5 juta, karena yang 20 ribu digunakan untuk mengisi saldo. Ketika saya dipandu mengisi kuitansi, saya tidak teliti dan terburu-buru, akibatnya saya salah mengisinya. Sehingga saya menutupi kesalahan tulisan dengan menebalkan tinta diatasnya untuk menutupi kesalahan tersebut. 

Padahal sebelumnya, petugas bank Jatim memberi tahu untuk tidak boleh ada coretan kesalahan. Namun, karena terlanjur salah, saya mengabaikan perintah petugas bank Jatim dan percaya diri mengumpulkan kuitansi dengan ada tiga bulatan hitam pada kuitansi tersebut. Sontak bapak petugas bank Jatim terkejut, tetapi tidak memarahi, menghina, atau berkata kasar lainnya.

Cuma sedikit sinis, "Haduh bercoret-coret, Pak lihat ini (menunjukkan ke petugas bank Jatim lain yang duduk di sebelahnya) Ada sisa kuitansi lagi ndak?"

"Bentar, Pak saya carikan dulu." Mencari yang ditanyakan pihak bank Jatim yang sedang menangani masalah saya.

"Ndak ada Pak," Pikiran saya berkecamuk, saya kasihan dengan bapak-bapak yang berada di depan saya, mereka harus kerja dua kali karena ulah saya.

Alhamdulillah bukan saya saja yang salah, tetapi ada dua anak lagi yang salah, salah satunya teman sekelas saya. Kesalahannya sama dengan saya, tetapi dia hanya satu bulatan hitam sedang saya tiga bulatan hitam. Setelah petugas bank Jatim berembuk untuk menemukan solusi dari masalah saya, mereka meminta saya dan kedua teman saya yang salah untuk ke SMP dekat sekolah agar mendapatkan slip kuitansi yang kosong untuk bisa diisi ulang dengan benar. 

Petugas bank Jatim meninggalkan ruang, sedang para penerima GNOTA diminta untuk menemui Bu Ratih untuk mengalihkan uang dari tangan mereka kepada Bu Ratih sebagai uang pembayaran tanggungan sekolah yang belum lunas. Alhasil anak yang belum lunas pembayarannya, sama sekali tidak membawa pulang uang tersebut, malah ada yang kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun