Dunia perkuliahan membuat saya mengenal banyak orang dari berbagai daerah. Kebanyakan teman saya yang dari luar daerah adalah teman-teman saya yang berasal dari Kalimantan. Notabene kebanyakan teman-teman saya itu etnis Dayak.Â
Tak hanya sebatas menjadi teman di kampus saja, pertemanan saya dengan mereka berubah menjadi suatu ikatan persaudaraan. Mereka belajar tentang adat di Jawa dari saya. Sebaliknya saya juga belajar tentang adat Dayak dari mereka. Suatu simbiosis mutualisme bagi saya.Â
Tak hanya belajar tentang adat Dayak, lewat mereka saya juga mengenal tentang kuliner di sana. Salah satu yang diperkenalkan kepada saya adalah tuak. Tuak merupakan minuman yang memiliki kandungan alkohol hasil dari fermentasi beras ketan.Â
Tuak bagi masyarakat Dayak bukan hanya sekedar minuman tradisional biasa. Tuak juga memiliki keberadaan yang penting dalam upacara adat.Â
Dalam lingkaran persaudaraan, tuak ternyata memiliki makna filosofis terkait persaudaraan. Sifat tuak sama seperti minuman beralkohol lainnya. Namun bedanya tuak bukanlah minuman yang dengan cepat membuat mabuk.Â
Tuak hanya akan membuat mabuk bila dikonsumsi secara berlebihan. Sifat tuak untuk membuat seseorang mabuk juga terjadi secara perlahan. Dan bila sudah sampai mabuk, akan butuh waktu yang lama juga untuk sadar dari mabuk. Karenanya, tuak memiliki nilai filosofis.Â
Tuak akan memabukkan bila sudah dikonsumsi berlebih memberi peringatan bahwa mengonsumsi apapun secara berlebih bukanlah sesuatu yang baik. Tidak hanya seputar mengonsumsi tuak saja, tapi lebih luas lagi, berkelakuan secara berlebihan juga tidaklah baik. Ajaran dari hal ini adalah bersikap dan berlaku sewajarnya.Â
Sifat tuak yang mengikat lama apabila sudah mabuk juga memiliki nilai pelajaran. Sifat tuak adalah kental, sehingga persaudaraan dari gelas yang berputar dalam duduk lingkar persaudaraan mengajarkan bahwa persaudaraan sangatlah kuat. Kuat dan lama mabuk yang mengikat dari tuak didapati nilai kekokohan dalam persaudaraan.Â
Tuak yang tampak sederhana ternyata memiliki nilai filosofis yang dalam. Tak hanya peran penting dalam adat, tetapi juga ajaran yang didapatkan dari tuak itu sendiri.Â