Mohon tunggu...
Riski Rosalie
Riski Rosalie Mohon Tunggu... Freelancer - Listen, Keep, Write it Down

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berpantaslah!

10 Juli 2020   23:49 Diperbarui: 10 Juli 2020   23:45 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu menangis senyap berhati pecah
Merasa bersalah tak menyediakan daging pada ananda
Anak menangis kesal, iri kepada tetangga
Melihat ibunya, hati panas memaki, mengutuk keluarga

Guru menahan rasa gila menaungi banyaknya kepala
Sedangkan banyak kepala membenci pengajarannya
Yang katanya orang tua, adalah orang tua
Tapi yang ada ternyata mentransaksikan putra dan putrinya

Kakak berubah menjadi pesuruh di dalam keluarga
Bila kemalangan menimpa adik, siap saja, tangan melayang keras di pipi kakak
Bukan hal yang mengherankan bila kakak akan termotivasi segera meninggalkan keluarga
Orang tua lupa perannya, juga adik yang membangsawankan dirinya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun