Mohon tunggu...
Riski Rosalie
Riski Rosalie Mohon Tunggu... Freelancer - Listen, Keep, Write it Down

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN Dihapuskan, Sudah Siapkah?

15 Desember 2019   09:21 Diperbarui: 15 Desember 2019   09:23 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hamblyscreenprints.com


Sebuah kebijakan kontroversial dikeluarkan oleh pemerintah. Ujian Nasional akan dihapuskan dari kurikulum akademik sebagai syarat kelulusan. Kebijakan ini diinisiasi oleh Mendikbud terdahulu, Muhadjir Effendy. Wacana penghapusan UN (bahkan juga skripsi) bukanlah wacana baru. Sejak beberapa tahun yang lalu sudah ramai dibicarakan. Hanya saja pada awal perencanaannya sudah mengalami banyak pertentangan dari berbagai kalangan. 

Tentunya kebijakan penghapusan UN merupakan hal yang kontroversial. Bukan hanya persoalan aktivitas akademik siswa yang berubah. Lebih lagi akan membawa pengaruh pada beberapa pekerjaan, semisal tempat les dan guru privat akan mendapat imbas yang besar. 

Kebijakan penghapusan perangkat dalam kurikulum akademik tingkat sekolah ini tampaknya dipioner oleh latah untuk mengikuti metode akademik di Finlandia. Finlandia terkenal sebagai negara dengan sistem pendidikan yang maju dan terbaik di dunia. Terlalu baik, hingga angka stres belajar di Finlandia pun sulit untuk dimunculkan. 

Namun, apakah pemerintah sudah mengenal dengan baik sistem pendidikan di Finlandia? Saya sangsi dengan hal tersebut. 

Finlandia menerapkan sistem belajar dengan durasi belajar pada institusi formal yang lebih sedikit. Siswa akan dibebaskan untuk belajar lebih banyak dari lingkungan luar sekolah, baik itu dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan pertemanan.

Keluarga menjadi kelompok terkuat dalam memberikan pelajaran kepada anak-anaknya. Keluarga-keluarga di Finlandia memahami betul hal ini dan memberikan dukungan pada sistem pendidikan di Finlandia. 

Bayangkan saja untuk kasus di Indonesia. Dari sisi tenaga pengajarnya saja masih banyak sekali (bahkan hampir semua) yang sangat kaku dalam memberikan pelajaran. Apa yang dipelajari harus sama persis dengan apa yang tertulis di buku pelajaran. Padahal buku pelajaran saja dari tahun ke tahun selalu ada saja revisinya. Definisi harus sama dengan yang dimuat di buku(text book). 

Bilapun ada tenaga pengajar yang memancing siswanya untuk bisa mengekplorasi lebih, justru dari siswanya sendiri yang malu-malu kucing untuk ikut aktif dalam diskusi. 

Dari lingkungan keluarga, banyak orang tua yang cuek dengan memberikan dukungan pelajaran. Anak baru datang ke rumah sudah dimarahi karena tidak langsung mengerjakan PR, sedangkan dari orang tuanya sendiri tidak ada ikut membantu si anak untuk mengerjakan PR dan mengajari materi yang sudah diajarkan di sekolah. Apabila anaknya memiliki skor akademik yang rendah, yang disalahkan adalah si anak dan gurunya. Seolah orang tua tidak memiliki peran dalam pendidikan anak. 

Bilapun penghapusan UN benar terlaksana nanti, sudah siapkah kita dengan perubahan yang drastis tersebut? Sudah adakah hal lain yang akan mengisi kekosongan dalam perangkat kurikulum tersebut. Jangan sampai malah kita harus mengulangi kebodohan dari awal lagi. Jangan sampai studi banding yang sudah berkali-kali dilakukan oleh para pejabat itu menjadi sia-sia. Dari studi banding malah menjadi acara kunjungan wisata. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun