Mohon tunggu...
rrohima 104
rrohima 104 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Administrasi Pendidikan Universitas Jambi IG : rrohima102

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari Keberagaman Indonesia mengenai Pendidikan Multikultural

14 April 2021   05:27 Diperbarui: 14 April 2021   05:32 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara mengenai Indonesia tentu yang paling dominan selain kata gotong royong dari sisi keberagaman baik dari kesenian, negara yang memiliki banyak pulau, bahasa daerah, adat istiadat, agama, zona waktu yang berbeda-beda, dan masing banyak lagi yang lainnya. Tercatat pada situs labbineka.kemdikbud.go.id jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia mencapai 718 bahasa baik dari kata serapan maupun kata baku.

Membahas mengenai berbagai macam suku, agama, bahasa dan  budaya yang tersebar di Indonesia tentu berkaitan erat dengan pendidikan hingga pada pembahasan multikultural. Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interest politik, sosial, ekonomi, dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan multikultural pada awalnya sangat bias Amerika karena punya akar sejarah dengan gerakan Hak Asasi Manusia dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri tersebut.

saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial merupakan pembahasan yang sering masuk pada tema multikultural yang memberikan secara tidak langsung bagaimana singkroniasi antara keduanya dapat menciptakan keselarasan yang apik dan menarik. Dari sejumlah cakupan dalam multikultural maka penulis akan mengambil pembahasan yang pertama mengenai etnis. Pada hakekatnya etnis adalah tindakan atau cara yang konsisten dengan apa yang masyarakat dan individu biasanya berpikir bahwa hal tersebut adalah nilai-nilai yang baik yang mencakup kejujuran, keadilan, kesetaraan, martabat, keragaman dan hak-hak individu.

Setiap etnis di berbagai wilayah di Indonesia memiliki keunikan masing-masing. Contohnya adalah daerah Palembang yang memiliki sebutan kotanya pempek dan cuka. Daerah Palembang sendiri dalam pemakaian bahasa sehari-hari bahkan pada saat jam pelajaran menggunakan bahasa ibu diselipi dengan kata-kata baku. Jika kita lihat antara etnis dan pendidikan memiliki benang merah yang saling menyambung. 

Perlu adanya pemahaman mengenai daerah, suku, bangsa dan masing banyak lagi karena alam kita dan tentunya harus dinikmati dengan bail. Dalam saru keluarga mengenai pendidikan literasi pasti yang lebih dominan digunakan adalah bahasa daerah terlebih jika kedua  orang tua berasal dari daerah yang sama.

Etnis terkadang memiliki julukan tersendiri yang menjadikan identitasi dari sebuah daerah. Palembang yang terkenal dengan banyak bicara, padang dengan kepelitan , batak ciri khas nya penggunaan bahasa dengan intonasi yang cukup tinggi, seakan sedang marah dengan intonasi yang dilontarkan.

Dari hasil pemaparan mengenai etnis dan lainnya, hal ini berhubungan dengan pendidikan. Terlebih untuk saat ini pendidikan multikultural menurut penulis sangat penting, karena pendidikan multikultural tidak hanya membahas mengenai perbedaan dari masing-masing keunikan dari daerah namun juga mengajarkan bagaimana cara saling menghargai dengan keberagaman yang ada. Contoh di mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang memberikan penjelasan terhadap perbedaan yang ada bukan membuat kita semakin terasingkan melainkan saling menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air.

Namun tak jarang diskriminasi terhadap suku, agama bahkan warna kulit masing sering dijumpai dilingkungan masyarakat. Bukan tidak adanya pembahasan pada jenjang pendidikan terkadang kurangnya penerapan secara langsung  atau praktek dari hasil belajar pada siswa. Contoh jelas terhadap diskriminasi masyarakat papua tentang warna kulit mungkin tidak asing lagi ditelinga kita. Ya inilah potret suram dari  penerapan sikap saling menghargai.

Dari sudut pandang penulis mengenai pendidikan multikultural yang terjadi dilingkungan masyarakat tidak semua wilayah menjadikan keberagaman sebagai ajang untuk membully namun dengan adanya perbedaan menambah pengetahuan bahkan tak jarang dari anak-anak saling menyampaikan keberagaman dari daerah masing-masing yang menambah wawasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun