Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal “Rumination” Sebagai Salah Satu Kelainan Psikologis

28 Agustus 2015   07:56 Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:24 4562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumination terkait kekhawatiran yang berlebihan dan dapat menjadi pertanda awal depresi. Photo: http://jesupdoctor.com

Suatu saat si Badu pikirannya selalu dihinggapi rasa khawatir akan menyinggung orang lain setiap kali dia berbicara dan berinteraksi. Pikirannya juga selalu dibayang bayangi keharusan dia meminta maaf pada orang lain. Badu merasakan kehadirannya tidak dikehendaki orang di sekitarnya. Tentu saja pikiran yang menghantui Badu ini sangat menakutkan dan membuat dia tidak percaya diri.

Kasus di atas hanya merupakan salah satu kasus yang menggambarkan hubungan antara memikirkan sesuatu secara berlebihan dan realiatas yang terkadang membuat orang terjebak ke dalam situasi yang tidak menyenangkan. Bahkan hal yang terburuk yang dapat terjadi adalah berakibat pada gangguan kejiwaan dan kesehatan.

Memikirkan pemasalahan atau kesedihan  seperti misalnya ketika seseorang ditinggal orang yang dicintainya untuk selamanya, atau ketika menghadapi masalah target yang tidak tercapai atau hal lain merupakan sesuatu yang normal. Namun bagi sebagian orang cenderung untuk melakukannya secara berlebihan, akibatnya dia selalu memikirkan masalah tersebut secara mendalam walaupun sebenarnya dia sudah berusaha untuk keluar dari kesedihan dan pikiran negatif tersebut.  Tidak jarang kita mendengar kisah bagaimana seseorang yang ditinggal  pasangan hidupnya untuk selama lamanya  mengalami depresi dan dalam waktu yang relatif singkat akhirnya menyusul pasangannya.

Rimination dapat berujung pada depresi. Ilustrasi : www.slideshare.net

 

Ilustrasi : http://www.disorders.org

Para pakar berpendapat bahwa siklus kekhawatiran yang tidak terkontrol ini merupakan mekanisme penting dalam menentukan apakah seseorang mengalami kelainan psikologis, seperti depresi, kegelisahan, kelainan pola makan, abuse dan hal yang lebih buruk lainnya. Dalam menggambarkan kelainan ini para pakar psikologis menggunakan istilah “rumination”. Rumination didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikontrol, selalu berpikir ulang penyebab, arti dan implikasi perasaan negatif atau kejadian yang sedang dihadapi. “Rumination” ini berbeda dengan kekhawatiran, karena kekhawatiran biasanya terakit dengan apa yang akan terjadi ke depan.

Prof. Ed Watkins, seorang professor psikosiologi terapan dari University of Exeter menyatakan bahwa dalam beberapa studi, kasus “rumination” dapat digunakan sebagai pertanda untuk menduga dimulainya fase stress awal yang sedang dihadapi seseorang. Kelaianan yang dihadapi seseorang terkait dengan “rumination” ini merupakan akibat dari kombinasi faktor genetik, kepribadian dan latar belakangnya. Pengalaman yang dialami seseorang saat kecil seperti trauma, abuse dan bullying sangat erat hubungannya dengan orang yang menghadapi permasalahan psikologi ini.

Hasil penelitian juga menunjukkan  bahwa semakin sering orang memikirkan permasalahan atau kesedihan yang sedang dihadapinya secara mendalam, maka akan membuatnya terjebak pada situasi kejiwawan dimana hal-hal kecil sekalipun akan secara otomatis memicu terjadinya “rumination” ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun