Dunia memang bak roda yang terus berputar, jika dulu  hampir semua negara di Kawasan teluk dan Timur Tengah mengambil sikap mengasingkan Israel dengan cara tidak berhubungan secara diplomatik, maka kini secara perlahan namun pasti satu satu negara di Kawasan Timur Tengah menormalisasi hubungannya dengan Israel.
Salah satu negara yang kini menjadi pusat perhatian dunia adalah Arab Saudi yang  mengambil langkah untuk memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Israel. Langkah normalisasi ini dianggap serius karena ternyata sudah berbulan bulan Arab Saudi, Israel dan Amerika telah membahas kesepakatan ini.Â
Salah satu kunci terealisasinya normalisasi hubungan diplomatik kedua  negara ini adalah imbalan pakta pertahanan Amerika dan program nuklir sipil untuk Arab Saudi.  Sedangkan bagi Amerika,  Arab Saudi merupakan mitra  strategis yang sangat berpengaruh pada keamanan dan perekonomian Amerika.
Langkah yang diambil oleh Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) tampaknya merupakan bagian dari grand design untuk menjadikan Arab Saudi sebagai negara yang paling berpengaruh di Kawasan Timur Tengah dari segi politik, kemananan dan perekonomian karena di saat yang bersamaan Arab Saudi juga telah menjalin hubungan diplomatiknya dengan Iran yang telah lama berseteru.
Reformasi yang dilakukan oleh Pengeran  MBS memang membelalakkan mata dunia karena selama ini Arab Saudi lebih dikenal sebagai negara tertutup yang memegang teguh tradisinya, namun kini Arab Saudi melakukan liberalisasi di hampir semua sendi kehidupannya.
Tanda tanda normalisasi hubungan Arab Saudi yang makin dekat  ini tercermin dari berbagai pernyataan Pangeran MBS yang mengatakan secara eksplisit bahwa realisasi normalisasi hubungan negaranya dengan Israel makin dekat.
Jika dilihat dari lini perjalanan sejarah, Arab Saudi memang tercatat sebagai  pendukung utama Inisiatif Perdamaian Arab pada  tahun 2002, yang mengkondisikan normalisasi hubungan dengan Israel terkait penarikan diri dari wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan di Suriah. Inisiatif ini mencakup pembentukan negara Palestina serta menemukan solusi yang adil terhadap penderitaan jutaan pengungsi Palestina dan keluarganya  mereka, yang sebagian besar tinggal di tempat penampungan pengungsi di negara-negara tetangga.
Secara cerdik Arab Saudi mengaitkan normalisasi  hubungan dengan Israel  ini dengan pembentukan negara  Palestina, namun hal ini dapat menjadi batu sandungan karena pemerintah nasionalis religious dan sayap kanan Israel sulit menerimanya. Sampai saat ini pemerintahan Netanyahu, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, menolak konsesi kepada pemerintah Otoritas Palestina  dan juga pembekuan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki nya sebagai bagian dari normalisasi hubungan ini.
Sementara itu dari pihak Israel menyatakan bahwa walaupun masih ada beberapa hal kritis yang perlu didiskusikan dan disepakati, tampaknya normalisasi hubungan negaranya dengan Arab Saudi akan  menjadi kenyataan.