Sanksi Barat memang mempengaruhi perekonomian Rusia, namun tidak sampai membuat Rusia kehilangan kemampuannya untuk membiayai perang ini.
Salah satu tiang penopang perekonomian Rusia adalah sumber daya alam termasuk gas dan minyak yang di tengah-tengah sanksi Barat, permintaan dan penjualannya masih tetap terjaga dengan baik.
Sebut saja dua negara besar seperti Tiongkok dan India justru menikmati dampak perang ini dengan tetap membeli sumber daya alam dengan harga murah dari Rusia.
Dalam hal sumber daya alam Rusia memang menjadi pelaku utama dunia. Hal ini berarti bahwa terganggunya pasokan sumber daya alam Rusia akan menguncang dunia.
Data sebelum perang menunjukkan bahwa di tahun 2021 lalu Rusia memasok 17,5% minyak dunia. Demikian juga dengan sumber daya alam lainnya seperti palladium, nikel, dan pupuk kalium yang persentasinya melebihi minyak bumi dan gas.
Sanksi barat untuk memutus pasokan sumber daya alam ini ternyata tidak mudah karena akan memicu efek domino berupa kenaikan harga sumber daya alam dunia.
Hal ini sudah terbukti ketika harga minyak dan gas di Amerika dan Eropa meningkat tajam akibat sanksi yang mereka terapkan.
Ketergantungan Amerika dan Barat akan sumber daya alam Rusia memang dapat dilepaskan namun konsekuensinya adalah kenaikan harga yang akan memicu resesi berkepanjangan.
Sebagai contoh ketika di tahun 2018 lalu Amerika berniat menghentikan pasokan aluminium dari Rusia ke pasar dunia, harga sumber daya alam ini langsung melonjak tajam mencapai kenaikan 20%.
Kenaikan harga ini akhirnya memaksa Amerika membatalkan rencananya untuk menghentikan pasokan aluminium Rusia ini.
Dengan pengalaman pahit ini Amerika dan negara Barat memilih untuk memberikan sanksi ekspor Rusia untuk komoditas tertentu saja yang menurut perhitungan negara Barat masih memiliki cadangan seperti baja, batu bara, dan kayu olahan.