Pagi ini saya  berhasil  menyelesaikan artikel terbaru yang menganalisa keberlanjutan kudeta militer di Myanmar  dengan judul "Salah Perhitungan Kudeta Militer Myanmar".
Seperti biasanya setelah di submit untuk ditayangkan, saya memeriksa kembali artikel saya untuk memeriksa apakah masih ada typo atau kalimat yang kurang pas.
Namun pagi ini ada yang agak aneh saya alami karena begitu saya akan mengedit ternyata artikel saya tidak ada.Â
Setelah mencoba berulang ulang mencarinya saya sempat berpikir mungkin saat mengirimkan artikel ada kesalahan sistem, jadi saya  membuat kembali artikel tersebut dan menyimpannya dalam draft.
Namun kembali setelah saya cari ternyata juga tidak ditemukan di dalam draf artikel di akun saya.
Saya mulai bertanya tanya ada apa dengan artikel saya?
Akhirnya teka teki ini terjawab karena saya dapat kiriman Chat dari Admin yang menyatakan kurang lebih sistem menolak artikel saya karena ada kata kata yang tidak diperbolehkan di Kompasiana.
Saya sama sekali tidak mempersoalkan hal ini dan justru bersyukur atas handalnya sistem di Kompasiana yang menolak artikel karena mengandung kata kata yang tidak diperkenankan.
Dalam menulis artikel saya selalu memperhatikan hal ini dan menghindari hal hal yang akan masuk kategori melanggar ketentuan yang sudah saya sepakati sebagai seorang kompasianer.
Namun yang membuat saya penasaran adalah kata apa yang saya cantumkan dalam artikel yang membuat sistem menolak artikel saya.
Menurut pengalaman saya yang sudah lama menulis di Kompasiana, rasanya tidak ada kata kata yang menyinggung SARA Â dan juga kata kata yang aneh aneh karena artikel tersebut masuk kategori artikel ilmiah popular yang dalam pembuatannya menggunakan referensi yang cukup banyak dalam menganalisa keberlanjutan kudeta militer di Myanmar.
Tapi karena sistem menolak mungkin saja saya menulis kalimat atau kata kata yang masuk dalam kategori automatic rejection oleh sistem yang dipakai Kompasiana.
Ibarat menunggu hasil tes Covid-19 saya deg degan menunggu hasilnya apakah artikel saya akan ditolak atau tidak.
Kini artikel saya sudah 1 jam dikarantina dan saya akan tetap sabar menunggu hasil pemeriksaan admin.
Namun hal ada hal yang menyejukkan ketika Admin meminta saya menunggu hasil pemeriksaan kembali oleh redaksi terkait apakah memang benar artikel saya melanggar aturan seperti yang dinyatakan oleh mesin.
Terima kasih Admin, saya sangat menghargai kehatian-hatian redaksi dalam menayangkan artikel para Kompasianer dan memang sudah seharusnya begitu untuk menjadikan Kompasiana sebagai rumah kita bersama yang memberikan suasana damai dan sejuk.