Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menarik Pelajaran dari Kemarahan Petani India

28 Januari 2021   16:17 Diperbarui: 28 Januari 2021   20:46 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi petani India di monumen bersejarah Red Fort di New Delhi. Photo: Adnan Abidi/Reuters

Peran peranian di India sangat vital karena sejak kemerdekaan di tahun 1947 produksi pangan India selalu mengalami defisit, bahkan di eran tahun 1960 an pernah terjadi kelaparan di India.

Petani di wilayah Punjab dan Haryana yang memproduksi sebagian besar produk pertanian india ini memang  menerapkan sistem intensifikasi pertanian dengan menggunakan bibit padi hibrida, pemupukan intensif dan penggunaan peralatan pertanian modern seperti traktor. Sementara itu di wilayah pertanian lainnya yang lahannya kecil kecil pertaniannya menerapkan sistim tradisional.

Selama ini memang pemerintah berada di belakang petani di wilayah sentra produksi padi ini, sehingga dalam kurun waktu puluhan tahun produksi padi di wilayah ini memang meningkat sangat spektakuler sehingga membuat India mengurangi ketergantungannya  pada beras impor dari negara lain.

Keharmonisan antara petani dengan pemerintah ini memang sangat tergganngu ketika peran pemerintah yang selama ini sebagai penyangga produksi dan penstabil harga akan berkurang dan diambil alih oleh pihak koorperasi swasta.

Hal yang paling krusial yang membuat petani india marah dan bergejolak ini terkait dengan dimungkinnya pedagang langsung membeli hasil pertanian yang diproduksi petani tidak lagi melewati lembaga pemerintah yang selama ini mengaturnya.

Serikat petani India beranggapan bahwa undang undang baru ini akan meniadakan fungsi peran dan tanggung jawab pemerintah dalam membeli surplus produksi yang selama ini dapat menstabilkan harga.

Pengalaman pahit dalam dunia pertanian memang menghantui petani India.  Sekitar 15 tahun yang lalu undang undang yang hampir serupa dengan yang diperjuangkan oleh para petani untuk dihapus telah meluluh lantakkan tata niaga pertanian India.  Saat itu sekitar 87% dari lembaga penstabil harga yang dikelola pemerintah menghilang dan menyebabkan harga beras anjlok secara drastis.

Undang undang ini dikhawatirkan para petani India akan menghapus pedagang kecil yang selama ini berperan besar dalam membeli produk pertanian India.  Pedagang kecil ini dikhawatirkan akan digantikan oleh pedagang kelas kakap yang memiliki modal besar yang menyebabkan daya tawar petani akan semakin lemah. Hal lain yang sanagt pengganggu petani India adalah jika terjadi perselisihan antara petani dan pedagang

Jika ditelisik lebih dalam lagi gelombang demonstrasi besar besaran ini terjadi karena tidak adanya kesepahaman antara petani dan pemerintah.

Disatu pihak pemerintah ingin mengefisiensikan tata niaga pertanian dengan mengurangi perannya agar petani dapat mandiri dan mendapatkan harga yang lebih adil.  Di lain pihak petani beranggapan bahwa pemerintah lepas tangan dengan menyerahkannya pada mekanisme pasar dan pihak koorperasi swasta.

Dalam kasus demontrasi petani India ini kita mungkin dapat membayangkan peran Bulog di Indonesia sebagi stabilisator dalam menjaga suplai beras dan kestabilan harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun