Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akankah Pamor Facebook Memudar di Tengah Derasnya Arus Anti Rasial?

27 Juni 2020   09:46 Diperbarui: 27 Juni 2020   10:02 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Flipboard

Kebijakan baru Facebook yang akan memberi label "harmful" untuk postingan penggunanya yang  dikategorikan sebagai rasis dan ujaran kebencian tampaknya belum dapat meredakan  gelombang protes dan boikot yang semakin membesar yang jika terus bergulir diperkirakan akan berdampak pada reputasi Facebook.

Sistem pelabelan yang akan diterapkan oleh bos Facebook  Mark Zuckerberg ini tentu saja tidak terlepas dari kejadian sebelumnya yang menyangkut perseteruan Trump dengan Twitter terkait pelabelan postingan presiden Trump yang dianggap tidak memiliki dasar data yang memadai  sehingga oleh Twitter diberi label "Check Fact"

Perseteruan ini berujung dikeluarkannya executive order olhe Trump yang akan meninjau kembali kekebalan platform seperti Twitter, Facebook dll akan tanggung jawab terhadap isi postingan penggunannya yang telah diubah oleh admin platform.

Saat perseteruan Trump Twitter memuncak, Mark Zuckerberg dikritik hebat karena postingan Trump yang isinya hampir sama di Facebook lolos dan dibiarkan  saja.  Banyak pengkritik mengatakan Facebook lemah melawan tirani kekuasaan.

Gelombang protes termasuk para sponsor ini menganggap bahwa Facebook membiarkan postingan yang membangkitkan rasisme, kekerasan dan juga hoax membuat reputasi  Facebook menjadi buruk.

Situasi yang dihadapi oleh Facebook ini semakin memburuk sejak kematian George Floyd di tangan polisi yang menimbulkan gelombang protes tidak saja di Amerika namun di seluruh dunia. 

Kematian George Floyd ini menimbulkan gerakan "Stop Hate for Profit" yang mulai berdampak pada Facebook yang dianggap sebagai salah satu flatform yang menyuburkan rasisme dengan  membiarkan postingan yang provokatif. Gerakan ini tampaknya salah satunya ditujukan untuk Facebook.

Gelombang protes ternyata tidak saja dilakukan oleh pengguna namun juga para sponsor yang selama ini menaruh iklannya di Facebook dan tentunya  menjadi penyokong hidup Facebook. Tidak tanggung tanggung gelombang protes ini sudah mulai berdampak pada pangsa pasar Facebook yang mulai merosot di pasar modal sebenar 7%.

Tidak sampai disitu perusahaan internasional yang selama ini beriklan di Facebook seperti Unilever, Dove dan Ben & Jerry's ice cream misalnya sudah meninjau kembali untuk menghentikan kerjasamanya dengan Facebook. Jumlah perusahan internasional yang mulai bergabung untuk memboikot pembiaran Facebook ini sudah mencapai 90 perusahaan

Postingan rasisme dan ucapan kebencian serta hoax memang sudah lama membanjiri Facebook dan dalam hal ini Facebook dianggap lemah dalam penyelesaian masalah ini.

Namun kini ketika Facebook mulai menerapkan pelabelan postingan penggunanya dengan "harmful" justru sebaliknya menimbulkan gelombang protes keras dari berbagai pihak lain  yang dianggap sebagai pembatasan berpendapat, demokrasi dan hak sipil.

Langkah pelabelan yang segera diberlakukan oleh Facebook ini memang dapat dimengeti, karena disamping tekanan yang bertubi tubi dari berbagai kalangan, fakta di lapangan memang tidak dapat dibantah bahwa Facebook memang sudah lama dijadikan lahan subur bagi postingan yang bersifat rasisme, adu domba, kekerasan dan hoax.

Sebagai contoh pada bulan Juni ini saja jumlah postingan yang masuk kategori agitatif ini menjamur dan sepanjang tahun lalu Facebook memang sudah berhasil menghapus 86% dari postingan yang masuk kategori ini.

Disamping pelabelan postingan, Facebook merencanakan akan melarang iklan yang terkait dengan ras tertentu, status imigrasi dan juga iklan kampanye para potilisi yang dianggap akan memberi tekanan pada pemilih dan  diprediksi akan menggangggu demokrasi.

Mark Zuckerberg memang harus berpikir lebih keras lagi untuk menyeimbangkan antara kebebasan berpendapat dengan postingan yang membahayakan karena jika tidak segera dicari jalan maka bos Facebook ini akan kehilangan pendapatan yang besarnya fantastis yaitu mencapai US$ 70 milyar dari para sponsor dan juga tentunya para penggunanya yang merasakan kebebasan berpendapat.

Kegagalan bos Facebook ini dapat dipastikan akan berdampak pada reputasi dan keberlangsungan Facebook yang merupakan salah satu platform papan atas.

Sampai saat ini para perusahaan yang beriklan di Facebook  menganggap Mark Zuckerberg masih belum bertindak jauh dalam membersihkan rasisme dan ucapan kebencian dan hoax di Facebook, namun sebaliknya jika keinginan para sponsor ini ditelan mentah mentah oleh Fabebook hanya demi keuntungan  materi saja maka bukan tidak mungkin Facebook akan mulai ditinggal penggunanya karena dianggap sebagai platform yang membatasi kekebasan berpendapat.

Facebook tentunya tidak mau kehilangan pengguna kelas kakapnya yang memiliki pengikut mencapai puluhan  bahkan ratusan juta baik dari kalangan olahragawan, artis, politisi, ataupun tokoh dunia yang berada di wilayah netral yang tidak menyukai pembatasan kebebasan berpendapat sekaligus tidak menyukai rasisme dan ujaran kebencian subur di Facebook.

Langkah yang diambil oleh Mark Zuckerberg dapat dikatakan sangat terlambat karena sigma miring yang menghantam Facebook sebagai platform  yang menyuburkan rasisme dan ujaran kebencian sudah terlanjur melekat pada Facebook, apalagi platform sejenis seperti Twitter lebih dahulu berani melakukan tindakan menguranginya.

Facebook kini sedang  dihadapkan pada pilihan  yang sulit yang berupa buah simalakama.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun