Kebijakan baru Facebook yang akan memberi label "harmful" untuk postingan penggunanya yang  dikategorikan sebagai rasis dan ujaran kebencian tampaknya belum dapat meredakan  gelombang protes dan boikot yang semakin membesar yang jika terus bergulir diperkirakan akan berdampak pada reputasi Facebook.
Sistem pelabelan yang akan diterapkan oleh bos Facebook Mark Zuckerberg ini tentu saja tidak terlepas dari kejadian sebelumnya yang menyangkut perseteruan Trump dengan Twitter terkait pelabelan postingan presiden Trump yang dianggap tidak memiliki dasar data yang memadai  sehingga oleh Twitter diberi label "Check Fact"
Perseteruan ini berujung dikeluarkannya executive order olhe Trump yang akan meninjau kembali kekebalan platform seperti Twitter, Facebook dll akan tanggung jawab terhadap isi postingan penggunannya yang telah diubah oleh admin platform.
Saat perseteruan Trump Twitter memuncak, Mark Zuckerberg dikritik hebat karena postingan Trump yang isinya hampir sama di Facebook lolos dan dibiarkan  saja.  Banyak pengkritik mengatakan Facebook lemah melawan tirani kekuasaan.
Gelombang protes termasuk para sponsor ini menganggap bahwa Facebook membiarkan postingan yang membangkitkan rasisme, kekerasan dan juga hoax membuat reputasi  Facebook menjadi buruk.
Situasi yang dihadapi oleh Facebook ini semakin memburuk sejak kematian George Floyd di tangan polisi yang menimbulkan gelombang protes tidak saja di Amerika namun di seluruh dunia.Â
Kematian George Floyd ini menimbulkan gerakan "Stop Hate for Profit" yang mulai berdampak pada Facebook yang dianggap sebagai salah satu flatform yang menyuburkan rasisme dengan  membiarkan postingan yang provokatif. Gerakan ini tampaknya salah satunya ditujukan untuk Facebook.
Gelombang protes ternyata tidak saja dilakukan oleh pengguna namun juga para sponsor yang selama ini menaruh iklannya di Facebook dan tentunya  menjadi penyokong hidup Facebook. Tidak tanggung tanggung gelombang protes ini sudah mulai berdampak pada pangsa pasar Facebook yang mulai merosot di pasar modal sebenar 7%.
Tidak sampai disitu perusahaan internasional yang selama ini beriklan di Facebook seperti Unilever, Dove dan Ben & Jerry's ice cream misalnya sudah meninjau kembali untuk menghentikan kerjasamanya dengan Facebook. Jumlah perusahan internasional yang mulai bergabung untuk memboikot pembiaran Facebook ini sudah mencapai 90 perusahaan
Postingan rasisme dan ucapan kebencian serta hoax memang sudah lama membanjiri Facebook dan dalam hal ini Facebook dianggap lemah dalam penyelesaian masalah ini.
Namun kini ketika Facebook mulai menerapkan pelabelan postingan penggunanya dengan "harmful" justru sebaliknya menimbulkan gelombang protes keras dari berbagai pihak lain  yang dianggap sebagai pembatasan berpendapat, demokrasi dan hak sipil.