Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jalan Panjang Penemuan Obat Covid-19 akankah Segera Berakhir?

2 Juni 2020   10:36 Diperbarui: 2 Juni 2020   10:52 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hydroxychloroquine salah satu obat lama yang diujicobakan. Sumber: AP: Rafiq Maqbool

Jika dilihat dari data empiris memang beberapa obat obatan lama yang diujicobakan menunjukkan hasil yang positif pada penderita penyakit yang memiliki kemiripan dengan COVID-19 yaitu SARS dan MERS. Namun ternyata efektivitasnya berbeda ketika diujicobakan pada penderita Covid-19.

Melihat kompleksnya Covid-19 ini, maka untuk mengatasinya tidak dapat hanya mentarget satu kondisi pasien saja, namun paling tidak pengobatan harus mengatasi tiga  kondisi pasien agar efektif menyebuhkan penderita.

Ketiga target yang harus dipenuhi oleh kandidat obat Covod-19 adalah : mematikan dan menghentikan penggandaan virus di dalam tubuh penderita, meningkatkan kekebalan  tubuh dan mengatasi komplikasi yang ditimbulkan oleh virus ini seperti penggumpalan darah.

Jadi memang dapat dimengerti letak kerumitan menghasilkan obat yang dapat mengatasi Covid-19 ini karena obat yang nantinya digunakan harus mampu mengatasi tiga kondisi yang telah diuraikan di atas.

Data empiris menunjukkan bahwa Hydroxychloroquine merupakan obat lama yang terbukti efektif untuk mengatsi penyakit malaria dan lupus.   Dalam ujicoba di laboratorium memang menunjukkan hasil yang positif dalam mengatasi virus. Namun yang mengkhawatirkan adalah efek samping penggunaan obat ini yang dapat menimbulkan serangan jantung pada pasien.  Oleh sebab itu WHO saat ini menghentikan percobaan penggunaan obat ini untuk penderita  Covid-19.

Obat lain yang kini sedang digadang gadang sebagai salah satu kandidat untuk mengatasi Covid 19 adalah Remdesivir yang merupakan obat anti virus.

Remdesivir  memang sudah diujicobakan untuk mengobati penderita Covid-19 dan dianggap aman karena tidak menyebabkan efek samping, dan efektivitasnya dalam  mengurangi waktu infeksi Covid-19 juga cukup menggembirakan. Hasil ujicoba obat ini pada jumlah pasien Covid 19 di Amerika menunjukkan pengurangan waktu infeksi virus korona dari 15 hari menjadi 11 hari saja.

Walaupun Remdesivir memberikan harapan, seperti yang disebutkan di atas untuk mengatasi virus korona tidak dapat hanya digunakan obat dengan fungsi tunggal saja dengan tujuan mengatasi virusnya saja  karena disamping virusnya, dampak virus Covid-19 ini salah satunya adalah menurunkan secara drastis  kekebalan tubuh dan efek lanjutan berupa penggumpalan darah.

Pengobatan penderita Covid-19 menurut pakar kesehatan harus melibatkan juga terapi antibodi dengan tujuan meningkatkan antibodi agar secara alamiah dapat bertahan menghadapi virus yang mematikan ini. Terapi antibodi yang sudah diujicobakan meliputi plasma convalescent,  hyperimmune globulin, monoclonal dan polyclonal therapies.

Pada dasarnya terapi plasma ini melibatkan penggunaan plasma yang diambil dari penderita yang telah sembuh dari Covid-19 dan memberikannya pada penderita Covid-19.

Kendala utama terapi antibodi saat ini adalah tidak cukupnya persediaan plasma yang diambil dari penderita Covid-19. Di Laborarotium untuk menghasilkan plasma diperlukan waktu yang lama sehingga dikhawatirkan Covid-19 mengalami  telah mutasi sehingga kalaupun plasma  berhasil dibuat  di laboratorium menjadi tidak efektif lagi untuk melawan virus yang bermutasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun