Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mewaspadai Digital Dementia di Kalangan Anak dan Remaja

19 Oktober 2019   14:30 Diperbarui: 19 Oktober 2019   14:52 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: Shutterstock

Di dunia diperkirakan ada sebanyak     1.8 milyar penduduk dunia memiliki smartphone dan menggunakannya secara rutin setiap hari.  Data lain yang cukup mengejutkan bahwa rata rata setiap harinya orang mengecek smartphone lebih dari 100 kali per harinya. Penggunaan teknologi digital yang semakin masif ini tentunya sangat mengkhawatirkan.

Kekhawatiran pakar  kesehatan akan fenomena digital dementia  ini memang sangat beralasan.  Sebagai contoh di Korea Selatan yang 83.8 penduduknya kini sudah dapat mengakses internet, sekitar 10-15% kalangan mudanya mengalami gejala dementia ringan dan mengalami gangguan kognitif nya.

Gelaja digital dementia  yang dapat kita amati meliputi kesulitan mengingat, kurang perhatian dan emosinya datar saja. Para pakar menghubungkan digital dementia  ini penurunan sensory akibat kurangnya gerak, perubahan postur tubuh seperti bagian leher, pundak dan punggung yang berujung sakit kepala dan sakit punggung,

Disamping itu penggunaan teknologi digital yang berlebihan akan mengakibatkan perlambatan perkembangan tubuh, menimbulkan  kegelisahan, gangguan kemampuan belajar pada anak. Tidak hanya sampai disitu saja ternyata, kurangnya akvitas fisik ini dalam jangka panjang akan menyebabkan obesitas jika nantinya anak ini dewasa.

Cara Mengatasinya

Seiring dengan mewabahnya digital dementia  dikalangan generasi muda ini, beberapa negara seperti di Korea Selatan telah mendirikan klinik untuk mengatasi dan menangani penderita untuk menyeimbangkan kembali fungsi otaknya.

Digital dementia  tidak dapat dianggap enteng karena pakar kesehatan telah mengkategorikan kecanduan internet ini sebagai salah satu bentuk kelainan mental yang harus ditangani.  Keterlambatan menangani hal ini akan berkibat fatal ke depannya.

Jika anak kita sudah terlanjut kecanduan teknologi digital ini diharapkan orangtua dapat membatasi waktu anak mengakses teknologi digital ini dengan posisi tubuh tertentu dan memintanya untuk berhenti sejenak dan mengubah posisi tubuhnya secara rutin.

Disamping itu sangat bijak jika orang tua tidak membiarkan anaknya menggunakan gadget tanpa kontrol, melainkan sebaliknya mulai membatasi waktu penggunaannya.

Cara lain yang oleh para pakar dianggap sangat efektif untuk mencegah pikun digital ini adalah dengan cara mengajak anak keluar rumah dan bermain bersama anggota keluarga  secara rutin.

Mulai mewabahnya fenomena digital dementia menunjukkan bahwa kemajuan teknologi ada sisi gelapnya yang perlu kita waspadai karena secara perlahan namun pasti akan berpengaruh pada penurunan fungsi otak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun