Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penemu Baterai Lithium-ion Dihadiahi Nobel

10 Oktober 2019   10:51 Diperbarui: 10 Oktober 2019   11:07 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
John B Goodenough, M Stanley Whittingham dan Akira Yoshino pemenang hadiah nobel kimia tahun 2019. Photo: Niklas Elmehed/Royal Swedish Academy of Sciences

Rasanya hampir sebagian besar kita mengenal dan penah menggunakan baterai lithium-ion yang telah mengubah gaya hidup kita. Gaya hidup keseharian kita seperti bekerja, belajar, mendengarkan musik telah berubah total dengan adanya penemuan baterai ini.

Dengan teknologi baterai lithium-ion ini memungkinkan sumber energi yang dikemas dalam sebuah  baterai lithium-ion dapat dibawa kemana mana karena dimensinya yang kecil dan ringan.  Tidak hanya sampai disitu saja jenis baterai ini sangat bertenaga dan dapat diisi ulang dengan mudah.

Di samping itu baterai lithium-ion juga dapat berfungsi untuk menyimpan energi terbarukan dari energi surya dan tenaga angin.

Penggunaan baterai lithium-ion ini memang sangat luas mulai dari mobile phone, laptop sampai pada mobil listrik yang ramah lingkungan.

Kisah Penemuan

Ketika dunia menghadapi krisis minyak di era tahun 1970 an, Stanley Whittingham yang berusia 77 tahun menekuni dan mengembangkan teknologi penghasil energi yang tidak lagi tergantung pada energi fosil.

Stanley Whittingham saat ini tercatat berkarya di Binghamton University di  Vestal di Amerika.

Ketekunannya membuahkan hasil dengan ditemukannya titanium disulphide yang merupakan materi kaya energi.  Dia selanjutnya menggunakan materi temuannya ini menjadi terminal  positif atau yang dikenal sebagai katode baterai lithium.

Baterai lithium versi awal ini memang hanya menghasilkan 2 volt saja namun penggunaan lithium membuat baterai ini  berpotensi untuk dikembangkan menjadi baterai yang betenaga besar.

Selanjutnya dia membuat anoda dari metal  lithium sebagai terminal negatif  baterai.  Melalui penemuan nya ini dihasilkan pelepasan elektron yang memungkinkan langkah penemuan selanjutnya yaitu baterai lithium-ion.

Ilmuwan Amerika lainnya yang bernama John B. Goodenough  yang kini berusia 97 tahun selanjutnya memperbaiki katoda yang diciptakan oleh Whittingham dengan mengganti sulphida dengan metal oksida. 

Setelah meneliti berbagai alternatif  pengganti, akhirnya di tahun 1980 dia menggunakan cobalt oxide  untuk meningkatkan kerja baterai lithium, Modifikasi yang dilakukan oleh Goodenough meningkatkan kinerja bateri lithium menjadi 4 volt.

Dengan menggunakan katode temuan Goodenough ini, Akira Yosino yang berusia 71 tahun yang bekerja di  Asahi Kasei Corporation dan  Meijo University.di tahun 1985 selanjutnya berhasil untuk pertama kalinya membuat baterai lithium-ion pertama.

Berdasarkan penemuan Yosino  akhirnya di tahun 1991 perusahan elektronik ternama Sony berhasil memasarkan barterai lithium-ion untuk pertmakalinya dijual secara komersil.  Baterai inilah yang kita gunakan saat ini dalam berbagai kegiatan kita.

Komite Nobel menilai bahwa kreativitas dan terobosan  teknologi ketiga ilmuan ini yang berhasil menciptakan baterai lithium-ion merupakan sumber energi yang sangat bertenaga dan juga sangat efisien dan penggunaan sangat luas sekali.

Ketiga ilmuwan ini dinilai telah merintis teknologi yang memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.  Disamping itu ketika dunia sedang menghadapi peribahan iklim yang drastis yang mempengaruhi kualitas hidup manusia, penemuan ini ke depan akan memiliki andil besar dalam bidang komunikasi, transportasi dan bidang yang secara langsung bersentuhan dengan kehidupan manusia.

Kontribusi ketiga ilmuwan ini dinilai merupakan terobosan besar dalam menghadapi krisis energi dunia.

Dengan diumumkannya pemenang hadiah nobel dalam bidang kimia ini, maka ketika ilmuwan ini dihadiahi  uang sebesar 9 juta kroner atau setara dengan US $1,1 juta

Kerja keras Goodenough yang kini berusia 97 tahun dan merupakan pemenang hadiah nobel tertua yang pernah ada ini memang sangat luar biasa.  Di usianya yang ke 65 dia memutuskan untuk tidak mengambil masa pensiunnya dan terus berkarya 33 tahun setelah batas usia pensiunnya.

Hanya satu ucapan yang keluar saat dia mengetahui menerima hadiah nobel "saya sangat beruntung untuk tidak pensiun sesuai dengan batas usia yang ditentukan dan terus bekerja keras 33 tahun kemudian.  Ahirnya saya dapat menerima penghargaan tertinggi yang banyak diimpikan oleh ilmuwan."

Bagi para pemenang hadiah nobel mungkin hadiah uang bukanlah segala galanya, namun prestise sebagai ilmuwan top dunia yang diakui telah memberikan kemaslahatan bagi umat manusia tampaknya merupakan pengakuan tertinggi  dan kebanggaan tersendiri bagi seorang ilmuwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun