Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

40 Tahun Reformasi Ekonomi Tiongkok Apa Hasilnya?

19 Desember 2018   08:54 Diperbarui: 19 Desember 2018   09:42 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pertokoan di tahun 1978. Photo: Getty Images

Tiongkok yang dulu dikenal sebagai negeri tirai bambu dengan gaya politik dan pembangunan  yang kolot dan dipandang sebelah mata oleh dunia barat  kini telah mengalami transformasi total sejak dicanangkannya reformasi  ekonomi oleh Deng Xiaoping.

Hanya dalam kurun waktu 40 tahun saja sejak dicanangkannya reformasi ekonomi di tahun 1978,  Tiongkok kini sudah berubah total menjadi  kekuatan baru  ekonomi dunia.

Dalam kurun waktu yang relatif  singkat ini telah terjadi perubahan besar di berbagai sektor  dimana kini peran swasta menjadi lebih besar, industri telah mengalami modernisasi dan negara ini telah membuka diri dari sentuhan perdagangan internasional. Keberhasilan reformasi ini telah mengangkat ratusan juta penduduknya dari kemiskinan.

Tiongkok yang kini dikendalikan  oleh presiden Xi Jinping tidak saja mengalami reformasi total ekonomi domestik nya namun juga menentukan tren pertumbuhan ekonomi dunia.

Perang dagang Tiongkok dengan Amerika yang berlangsung saat ini berdampak luas pada perkonomian negara lain di dunia.  Penangkapan salah satu bos Huawei oleh pemerintah Kanada dan tindakan balasan Tiongkok menahan warga Kanada juga mempengaruhi  pasar modal dunia.

Secara kasap mata keberhasilan reformasi Tiongkok ini dapat dilihat di berbagai sektor dan menjadi perhatian dunia sebagaimana yang pernah dialamiJepang di era emas kebangkitan ekonominya.

Perkembangan sarana dan prasarana teranportasi merupakan salah satu hal yang dapat kita amati. Saat ini jumlah mobil yang tercatat resmi di Tiongkok mencapai 300 juta mobil. Meningkatnya jumlah kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat Tiongkok ini tidak tidak terlepas dari gelombang urbanisasi dan juga pertumbuhan ekonomi.

Suasana di salah satu jalan utama di kota Beijing di tahun 1978. Photo: Getty Images
Suasana di salah satu jalan utama di kota Beijing di tahun 1978. Photo: Getty Images
Suasana di jalan yang sama di tahun 2018. Photo: Getty Images
Suasana di jalan yang sama di tahun 2018. Photo: Getty Images
Jika dulu Tiongkok dikenal sebagai negara sepeda dengan jumlah sepeda di Beijing saja mencapai 5,6 juta pada tahun 1978 lalu, kini jumlah sepeda di Beijing menciut menjadi hanya 2 juta saja di tahun 2018, itupun merupakan  sepeda dengan kepemilikan bersama.

Sementara itu jika di tahun 1978 jumlah mobil di Beijing hanya mencapai 77.000 mobil, di tahun 2018 jumlahnya telah mencapai 8,54 juta mobil.

Dulu penduduk Tiongkok sering  dilanda kelaparan dan kekurangan sandang dan pangan.  Pemerintah saat itu dengan sangat ketat mengatur dan membatasi kebutuhan masyarakat, sehingga semua kebutuhan diatur melalui pembagian jatah kupon, seperti misalnya kupon pakaian, Kupon beras, kupon tahu, kupon minyak  dll.

Kini dengan meroketnya pertumbuhan GDP, masyarakat Tiongkok memiliki kemampuan daya beli yang lebih baik, sehingga tidak heran kini di kota kota besar di Tiongkok dipenuhi dengan gerai gerai barang mewah bemerek  produksi dalam negeri dan internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun