Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Emas Masa Depan Itu Bernama Pasir

27 Desember 2017   16:57 Diperbarui: 28 Desember 2017   06:37 3892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah alat berat (back hoe) penambang pasir di lereng gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang Jawa Tengah.(KOMPAS.com/Ika Fitriana)

Jika dikatakan emas masa depan itu adalah pasir, mungkin sebagian orang tidak mempercayainya karena bagaimana mungkin pasir yang demikian melimpahnya itu akan bernilai seperti emas di masa mendatang ?

Tidak usah jauh jauh, bagi Anda yang pernah membangun rumah coba bandingkan harga pasir sekitar 25 tahun yang lalu dengan harga pasir saat ini seberapa jauh lonjakan harganya. Padahal ini baru ditinjau dari satu sisi keguanan pasir saja belum lagi manfaat pasir bagi industri lainnya.

Sebelum membahas betapa vitalnya fungsi pasir di masa mendatang ada baiknya kita membahas kasus pasir yang membuat pemerintah Singapura selalu waswas.

Photo : news-images.vice.com
Photo : news-images.vice.com
Belajar dari kasus Singapura
Pertambahan penduduk Singapura dari hanya 3 juta pada tahun 1990-an menjadi 5,6 juta pada tahun 2017 ini tentu saja membuat pemerintah Singapura sakit kepala. Dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi penduduknya, ternyata pembangunan vertikal saja tidaklah mencukupi, di samping itu tentunya ada batas maksimumnya juga.

Pertambahan penduduk yang pesat ini membuat Singapura harus membangun secara horizontal dengan menambah lahan pembangunannya melalui reklamasi. Gencarnya program reklamasi Singapura ini tercermin dari pesatnya pertambahan daratan dari hasil reklamasi ini.

Reklamasi Singapura. Sumber: wordpress.com
Reklamasi Singapura. Sumber: wordpress.com
Hasil reklamasi. Photo: cdnassets.hw.net
Hasil reklamasi. Photo: cdnassets.hw.net
Pada tahun 1960 luas daratan Singapura hanya mencapai 581,5 Km persegi, namun luasan ini bertambah pesat menjadi 719,7 Km persegi pada tahun 2016 lalu. Artinya dalam kurun waktu ini luas daratan Singapura bertambah sebanyak 24%. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah dari mana daratan ini berasal? Jawabnya adalah dari impor pasir untuk keperluan reklamasi ini.

Proses reklamasi yang dilakukan oleh Singapura tidaklah murah. Sebagai gambaran untuk mereklamasi 1 Km persegi daratan diperlukan sebanyak 37,5 juta meter kubik pasir. Pada tahun 2016 lalu Singapura tercatat mengimpor sebanyak 35 juta metrik ton pasir.

Sebelumnya Singapura banyak mengimpor pasir dari Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, dan juga Kambodia. Pada tahun 2016 kontribusi terbesar pemasok pasir ke Singapura adalah Malaysia sebesar 56,6%, Vietnam 22,4%, Kambodia 18,8%, dan Myanmar sebesar 2,2%

Mengingat dampak kerusakan lingkungan penambangan pasir ini sedemikian besarnya maka Indonesia, Malaysia dan Vietnam telah membatasi ekspor pasirnya ke Singapura. Demikian juga Kambodia yang pada tahun 2107 ini melarang ekspor pasirnya ke Singapura. Pelarangan ini tentu saja menimbulkan masalah baru yaitu semakin suburnya penyelundupan pasir ke Singapura.

Penambangan pasir ilegal. Photo: aws-dist.brta.in
Penambangan pasir ilegal. Photo: aws-dist.brta.in
Kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir ini juga terjadi di belahan bumi lainnya yaitu di Danau Poyang yang merupakan penambangan pasir terbesar di dunia. Sebagai gambaran setiap tahunnya jumlah pasir yang diangkat dari wilayah ini mencapai 236 juta meter kubik.

Demikian besarnya skala penambangan ini, sehingga dalam kurun waktu 1995-2013 saja penambangan pasir di wilayah ini telah merubah lansekap di wilayah ini untuk selamanya.

Pasir akan semakin berharga
Menurut laporan PBB pada tahun 2014 lalu saja di seluruh dunia jumlah penambangan pasir dan kerikil mencapai lebih dari 40 milyar ton setiap tahunnya. Sebagai pembanding, penambangan batubara jumlahnya hanya mencapai 7460,4 juta ton, sedangkan penambangan minyak hanya mencapai 4382,4 juta ton.

Pertumbuhan penambangan pasir ini melonjak dengan sangat cepat dan jika dihitung dari beratnya maka penambangan pasir ini menempati porsi sebesar 85% dari berat seluruh hasil penambangan yang dilakukan di dunia. 

Pertumbuhan penambangan pasir ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari angka pertumbuhan penduduk dunia. Angka pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan akan terus melesat yaitu mencapai peningkatan sebesar 14% dalam kurun waktu 2016 sampai 2030 mendatang. Sebagian besar penambahan penduduk ini akan masuk ke wilayah perkotaan.

Sebagian besar hasil penambangan pasir ini terserap untuk kebutuhan industri konstruksi mengingat separuh dari penduduk dunia saat ini tinggal di wilayah perkotaan dan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi 60%.

Di samping sebagai bahan baku pembuatan konstruksi bangunan, pasir juga penting sebagai sumber bahan unntuk kebutuhan sehari hari kita karena pasir mengandung silicon dioxide yang digunakan untuk memproduksi barang keperluan sehari hari seperti produk pembersih, odol dll di samping tentunya bahan silica-nya yang digunakan untuk pembuatan gelas.

Di dalam industri lainnya pasir digunakan juga sebagai salah satu bahan baku pembuatan microchip yang ada di dalam komputer dan smartphone.

Dampak penambangan pasir
Hasil laporan PBB yang didasarkan pada citra satelit NASA, penambangan pasir di seluruh dunia telah berdampak pada penurunan kualitas lingkungan karena telah mengubah lanskap di wilayah penambangan. Perubahan lanskap ini selanjutnya berpengaruh pada perubahan iklim dan cadangan air tanah.

Perubahan lanskap ini juga sekaligus berakibat pada kehancuran flora dan fauna di wilayah penambangan dan juga wilayah sekitarnya. Penambangan pasir laut juga berdampak pada pemutihan karang dan kematian karang dan kehidupan bawah air lainnya.

Citra satelit NASA juga menunjukkan lusinan pulau di Indonesia telah lenyap akibat penambangan pasir yang tidak terkendali ini.

Perubahan lanskap Danau Poyang di Tiongkok akibat penambangan pasir. Photo: NASA
Perubahan lanskap Danau Poyang di Tiongkok akibat penambangan pasir. Photo: NASA
Pasir yang kelihatannya berlimpah saat ini di masa mendatang akan semakin langka dan sulit didapat mengingat laju penambangannya jauh melebihi pembentukan pasir secara alami. Di samping itu pasir akan semakin langka dengan adanya pembatasan penambangan pasir.

Posisi pasir hampir sama dengan udara yang kita hirup yang tampak berlimpah, namun kita tidak akan dapat hidup tanpa udara.

Masalahnya banyak pengambil keputusan yang belum menyadari bahwa kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir ini sudah sedemikian intensifnya, sehingga kebijakan yang dibuatnya pun kurang dapat mengantisipasi dampak buruk penambangan pasir ini bagi kehidupan generasi depan.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun