Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Resolusi Dewan Keamanan PBB Buat Israel Meradang

25 Desember 2016   06:45 Diperbarui: 26 Desember 2016   12:23 2283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duta Besar Amerika untuk PBB Samantha Power (atas - tengah) ketika memberikan tanda abstain nya Amerika dalam resolusi PBB terkait pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah yang diduduki Istrael Photo: UN, Manuel Elias

Peristiwa bersejarah baru saja terjadi di Dewan Keamanan PBB ketika badan dunia tersebut meloloskan resolusi yang meminta Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah yang didudukinya usai perang tahun 1967.

Sudah puluhan tahun Israel mendorong program pemukiman Yahudi di wilayah West Bank, Gaza dan East Jerusalem yang selama ini menjadi ganjalan utama pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.

Pihak Palestina menginginkan kemerdekaaanya dengan wilayah meliputi West Bank, Gaza dan East Jerusalem yang diduduki oleh Israel seusai perang tahun 1967, tetapi pihak Israel sebaliknya beragumentasi bahwa berdasarkan catatan sejarah yang tertulis di kitab sucinya, wilayah ini adalah milik Israel.

Wilayah sengketa. Sumber: ichef-1.bbci.co.uk
Wilayah sengketa. Sumber: ichef-1.bbci.co.uk
Keluarnya resolusi ini dinilai bersejarah karena dari 15 anggota dewan keamanan PBB tersebut 14 negara setuju meloloskan resolusi tersebut, sementara Amerika yang memiliki hak veto menyatakan abstain.

Abstainnya Amerika dalam resolusi ini memang mengejutkan dunia internasional, karena selama ini hampir semua resolusi yang terkait dengan Israel tidak berhasil lolos karena diveto oleh Amerika yang memiliki sejarah panjang sebagai “sahabat dekat” Israel.

Ada dua makna terkait abstainnya Amerika ini. Pertama Amerika mungkin menganggap bahwa bahwa sikap ini sebagai perwujudan perubahan sikap politik luar negeri Amerika terhadap Israel yang selama di bawah pemerintahan Obama memang dinilai banyak negara tidak lagi seakrab ketika di bawah pemerintahan sebelumnya.

Dugaan kedua kemungkinan abstainnya Amerika dalam resolusi Dewan Keamanan PBB ini sebagai “pembalasan” yang dapat dilakukan oleh perintah Obama akibat kekalahan partai demokrat dalam pemilihan presiden lalu di ujung masa kepresidenannya.

Presiden terpilih Trump memang sudah berkicau di twitter yang mengatakan bahwa sikap Amerika terhadap Israel dalam kaitannya dengan konflik di Timur Tengah akan berubah total, dalam arti akan lebih mesra dengan Israel.

Mengapa Israel Meradang
Lolosnya resolusi yang meminta Israel untuk menghentikan kegiatan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah yang didudukinya merupakan pukulan yang sangat telak sekaligus mengejutkan Israel karena abstainnya Amerika ini.

Israel memang merasakan bahwa hubungannya dengan Amerika di bawah pemerintahan Obama tidak sehangat sebelumnya, namun Keputusan Amerika untuk tidak memveto resolusi ini tetap saja sangat mengejutkan. Keterkejutan dan kekecewaan Israel ini langsung diungkapkan secara terbuka oleh PM Israel Netanyahu dengan penuh kemarahan.

Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan meninjau kembali hubungannya dengan PBB setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang meminta Israel mengakhiri pembangunan di wilayah yang diduduki Israel ini. Netanyahu menyatakan resolusi ini sebagai sesuatu yang “memalukan” sekaligus merupakan “kemenangan teror dan dia telah memerintahkan Menteri luar Negerinya dalam 1 bulan ke depan akan mengevalusi kembali semua kekerlibatannya di PBB termasuk bantuan pendanaan dan kehadiran Israel di badan dunia ini.

Netanyahu menginstruksikan untuk menghentikan bantuannya senilai $11 juta ke lima badan di PBB terutama yang merugikan Israel dan menekankan akan ada langkah ekstrim lainnya yang akan dilakukannya. Tidak hanya sampai disitu saja PM Istrael menyatakan bahwa dia akan mengambil langkah diplomatik terhadap negara yang mendukung keluarnya resolusi ini.

Segera setelah keluarnya resolusi ini Netanyahu memerintahkan untuk memanggil pulang Duta Besarnya di New Zealand dan Senegal untuk konsultasi. Di samping itu Netanyahu juga menginstruksikan untuk menghentikan program bantuannya ke negara Senegal yang mendukung keluarnya resolusi ini dan membatalkan rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Senegal ke Israel.

Walaupun di dalam aturan yang tertuang dalam chapter PBB, bahwa semua negara anggota PBB harus setuju untuk menerima sekaligus menjalankan resolusi ini, namun Netanyahu menyatakan secara tegas bahwa negaranya tidak akan menaati dan menjalankan resolusi ini.

Bagi Ban Ki Moon yang akan segera mengakhiri masa baktinya menilai bahwa keluarnya resolusi ini merupakan langkah signifikan untuk mengonfirmasi kembali visi penyelesaian konflik Palestina-Israel. Dalam penyelesaian konflik ini memang sangat diperlukan peran pemimpin dan masyarakat internasional secara kolektif dalam mendukung pendirian negara Palestina yang hidup damai berdampingan dengan Israel. Israel dari segi wilayah dan penduduk memang merupakan negara mini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruhnya di dunia internasional sangat besar.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apakah Israel akan terus menentang keputusan dunia ini? Bagaimana sikap dunia internasional terkait pembangkangan Israel ini? Akankah Trump memutar arah kebijakan luar negerinya terhadap Israel ke era baru yang lebih “mesra” sekaligus bersama sama menentang dunia?

Hanya waktu sajalah yang akan menjawab semua pertanyaan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun